Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi Pulang Kampung yang Akhirnya "Ambyar"

4 April 2020   20:05 Diperbarui: 4 April 2020   20:15 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat Lebaran Para Perantau Kangen dengan suasana Pasar Tradisional. Lokasi Pasar Talun, Dukun Magelang (dokumen pribadi)

Selama berminggu- minggu tidak bekerja, menghindari persebaran virus mengerikan yang dirasakan hampir semua negara kecuali Korea Utara dan Turkmenistan. Tetapi tentu saja semua negara waspada. Konsentrasi bukan lagi menaikkan  PDB atau pendapatan negara.

Konsentrasi utama untuk mengenyahkan virus yang lahir awal dari Wuhan China yang akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Eropa terutama Italia dan Perancis tampak terpukul dengan masalah wabah yang sulit dikendalikan. Ribuan meninggal akibat virus. Dan dunia seperti merunduk lesu, sedih dan pilu.

Sang pencetus film- film heropun seperti tidak berdaya.Rambo, Superman, The Hit Man, Kapten Amerika mengapa tidak turun gunung mencegah wabah Corona. Yah, ternyata sementara ini film itu hanya khayalan para sineas yang bercita rasa tinggi menciptkan tokoh hero yang tidak berdaya melawan penyakit mematikan.

Dan para perantau saat ini bimbang mau pulang tidak punya uang, memaksa pulang banyak daerah diportal dan memberlakukan pengawasan ketat terhadap para perantau Jakarta. Mereka khawatir para perantau membawa virus, sebab Jakarta paling banyak terpapar Corona.

Sedih benar- benar sedih. Sementara di Jakarta luntang lantung karena banyak peluang pekerjaan dari pedagang, pengusaha kecil, penjual makanan keliling, pedagang kaki lima susah mendapatkan pemasukan sebab para pelanggan mereka enggan keluar rumah.

Sebagai perantau yang cukup lama tinggal di Jakarta saya sendiri tidak tega untuk pulang. Saya ingin membantu pemerintah untuk tidak keluar rumah.

Nasib saya masih lebih bagus daripada perantau lain yang hampir putus asa menerima kenyataan bahwa banyak daerah masih belum bisa menerima kembali para perantau yang ingin mudik.

Sampai kapan bencana berlalu. Manusia susah menebak sampai kapan penderitaan berlalu. Yang ada sekarang hanyalah berdoa, dan bersyukur, berusaha untuk tetap sehat dan berpikir waras ditengah hantaman kecemasan yang selalu diberitakan di media sosial.

Banyak pengguna HP merasa berhak untuk menyebarkan berita untuk dibagikan. Dan tidak terasa mereka memberikan kecemasan- kecemasan baru dengan mengcopy paste artikel yang masih bisa diperdebatkan akurasinya.

Ayo cerita saja sesuai kapasitas diri masing- masing. Tidak usah keminter dengan menyebarkan berita simpang siur yang menambah stres pembacanya.

Kirimkan saja kata- kata bijak yang mampu membangkitkan semangat bahwa kita tidak sendiri menghadapi masalah ini. Ini cobaan dari Tuhan agar manusia mawas diri, tidak lagi sombong merasa paling suci, doa paling didengar Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun