Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kriminalitas Jakarta 1: Tanah Kosong Itu Ternyata Markas Maling Motor

25 November 2019   14:54 Diperbarui: 26 November 2019   19:59 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
motor- motor yang sudah dipreteli oleh sindikat curanmor Jakarta (Dokumen Pribadi)

Kalau Anda hidup di Jakarta mau tidak mau akan selalu dihantui dengan masalah kriminalitas. Kehidupan keras, perbedaan status sosial, pengangguran, susahnya mencari lapangan kerja bagi mereka yang lebih senang pesta dan bermalas- malasan.

Anak- anak muda lebih suka kegiatan hura-hura, senang pesta dan kebut kebutan motor. Kriminalitas selalu menjadi momok menakutkan sebab di dalamnya ada misteri, ada kengerian, ada kisah cinta, ada kronologi mengapa mereka sampai tercebur dalam kegiatan kriminal.

Ada banyak aspek mengapa banyak anak-anak muda dan sebagian orang yang hidup di Jakarta akhirnya nekat melakukan tindak pencurian, perampokan dengan kekerasan. Salah satu faktornya karena tuntutan gaya hidup, ingin kaya, ingin punya uang dengan cara mudah. Menodong dan menjadi maling motor salah satu opsinya, lainnya menjadi penadah barang- barang curian. Mereka bekerja bahkan kerja keras, tapi kerja kerasnya melanggar hak asasi manusia, mereka memaksa mencari uang dengan membuat orang lain susah.

Di Jakarta lahan kosong, tidak berpenghuni bisa saja tiba-tiba ramai penuh aktivitas terutama banyak anak muda dan orang asing yang hilir mudik datang. Kebetulan kompleks rumah saya di Cengkareng Timur Jakarta Barat. Menurut nara sumber yang saya tanya Kampung Utan di Cengkareng Jakarta Barat sarang sindikat pencurian kendaraan bermotor. 

Kebetulan di depan persis rumah saya setiap pagi digunakan untuk parkir anak-anak sekolah di SMK 35 PGRI. Tukang parkirnya tidak tahu dari mana entah dari anak muda setempat atau malah dari tempat lain. Penampilannya sih seperti preman. Mereka hidup dan makan dari pungutan parkir dari Senin sampai Sabtu. Entah kok saya jadi kepikiran dengan bisnis narkoba yang memang bukan rahasia lagi berkembang pesat di sekitar Cenkareng. Ada Kampung Ambon, Pedongkelan, Cengkareng Timur. Semuanya berada di sekitar Kapuk Kamal.

beberapa peralatan dari bengkel dari sindikat curanmor Cengkareng Jakarta Barat (dokumen Pribadi)
beberapa peralatan dari bengkel dari sindikat curanmor Cengkareng Jakarta Barat (dokumen Pribadi)
Pedongkelan seperti halnya Warakas, Penjaringan, Petogogan, Jembatan Lima dan tempat dengan populasi penduduk yang luar biasa. Gang sempit, tempat yang banyak dihuni oleh para pendatang yang mengadu nasib di Jakarta. Mereka bukan berasal dari kaum elit, rata-rata penghuninya adalah pedagang, buruh, pekerja di kantor di pusat perkotaan. Keseharian sudah biasa dengan rumah yang saling berdempetan, kecil dan jalannya hanya cukup dilalui motor.

Jangan salah meskipun menghuni di gang sempit banyak penghuninya mempunyai mobil, makanya jika mempunyai tanah kosong sedikit di Jakarta bisa dibisniskan untuk memarkirkan kendaraan pribadi. Mana mungkin mobil masuk gang sempit, tetapi tanpa garasi mereka masih bisa menyewa lahan untuk memarkir kendaraan dengan aman. Kalau di pinggir jalan bukan jaminan. Bodi bisa baret tersenggol kendaraan atau ada orang yang iseng mencoret-coret bodi mobil. Sambil jalan.

Hari Sabtu pagi sekitar pukul 07.30 datang mobil putih parkir di depan rumah (tidak persis sih). Kebetulan saya baru mau keluar untuk keliling bersepeda. Saya pikir itu tamu tetangga saya. Serentak pintu mobil serentak terbuka. 2 Polisi menggunakan senjata laras panjang dan dua mengacungkan pistol, suasana tiba- tiba mencekam. 

Dari pintu gerbang rumah saya saya melihat jelas aktivitas polisi yang menggerebek tempat yang sebelumnya memang jarang saya intip. Padahal tempatnya dekat sekali hanya sepelemparan krikil saking dekatnya.

Polisi itu teriak teriak menginstruksikan pada para penghuninya untuk menyerahkan diri. Suara letupan peluru berkumandang, saya kucek-kucek mata, wah seperti menonton film action di televisi, tapi ini sungguh nyata ada di depan mata. Bagi yang tidak melihat langsung suara rentetan peluru itu seperti hajatan lamaran gaya betawi yang sering membunyikan petasan.

Ada dua residivis yang tertangkap, satunya kemudian kabur ketika polisi sibuk mengejar sindikat pencurian motor. Rupanya "maling- maling" itu lihai. Dengan cepat mereka lompat pagar dan kabur dari kejaran polisi. Akhirnya target sasaran polisi lolos. Mereka sempat menghajar satu pemudah kurus bertato yang biasa mangkal di parkiran.

Polisi memaksa menunjukkan ke mana teman-teman mereka kabur, karena diam dan tidak kooperatif pemuda kurus itu ditembak kakinya. Saya melihatnya ketika tiba tiba pemuda itu jalan dengan terpincang-pincang,setelah itu polisi preman (reserse) menggelandangnya sambil menghajar muka pemuda dan sempat di benturkan di mobil.

ceceran darah di sebelah motor curanmot. Maling yang melawan sempat ditembak kakinya oleh reserse (Dokumen pribadi)
ceceran darah di sebelah motor curanmot. Maling yang melawan sempat ditembak kakinya oleh reserse (Dokumen pribadi)
Saya sih sebetulnya sudah curiga cukup lama dengan aktivitas tempat itu. Banyak kendaraan motor yang mondar mandir ke tempat itu. Yang saya tahu sih itu bengkel motor karena dulunya penghuninya pernah punya bengkel di ruko depan tetapi karena sesuatu dan lain hal harus tutup, mungkin karena tidak kuat bila harus sewa toko.

Saya baru tahu bahwa tempat itu ternyata tempat penampungan barang- barang curian, semacam bengkel untuk mengoprek dan mempreteli motor yang dicuri. Kompleks tempat saya sendiri relatif aman karena memang ada kode etik dari para sindikat maling itu untuk tidak mencuri di kandangnya. Waduh.

Kami sendiri sih tidak pernah ada masalah dengan mereka karena mereka datang dan pergi dan sering lewat depan rumah. Kriminalitas yang tinggi di sekitar Jabodetabek kadang meninggalkan cerita pilu. Kronologi penangkapan sindikat curanmor itu karena mereka para polisi preman itu menelisik peristiwa Maling teriak maling. Terjadinya di Pasar Cileduk Di Tangerang Selatan. Seorang korban mati dikeroyok masa dengan kepala terbelah. Tragis!

Usut punya usut ternyata korban yang mati itu bukan maling sebenarnya. Malah korban adalah pemilik motor yang dicuri. Maling aslinya menurut polisi kabur dan motornya ada di Kompleks rumah saya. Di lahan yang kosong yang belum didirikan rumah, sering menjadi tempat parkir yang dikelola oleh preman setempat markasnya kebetulan di lahan kosong itu.

Sebelumnya pemilik bengkel yang ternyata menjadi tempat pemretelan barang-barang curian itu menurut informasi sudah ditangkap dan ditahan polisi Kebayoran karena kasus narkoba. Begitulah kaum urban Jakarta selalu lekat dengan kasus curanmor, copet, jambret, maling kambuhan dan dunia narkoba.

Semua itu ancaman bagi masa depan bangsa ini. Kriminalitas, dunia mafia, sindikat-sindikat jaringan lokal dan internasional ada di sekitar Cengkareng. Sekolah berbalut prostitusi terselubung juga banyak dan ini melibatkan generasi muda yang diharapkan menjadi penerus kegemilangan bangsa. Melihat betapa semrawutnya masalah yang dihadapi perkotaan, ada rasa pesimis dalam hati saya melihat aktivitas generasi muda. Semoga yang saya lihat ini hanya sisi kecil dari Jagad Jakarta yang sungguh luas.

Saya melihat masih banyak pemuda yang berprestasi seperti Putri Tanjung, Belvas Devara, Nadiem Makarim, Dita Raharjo para penulis muda yang mampu memberikan bukti bahwa mereka tidak terjebak dalam kasus- kasus kriminal di perkotaan yang sudah menggurita. Narkoba misalnya pengaruhnya sudah berakar. Artis, pelajar, mahasiswa, public figure, seniman, polisi (aparat). Tindakan kriminalpun bukan hanya dengan cara kekerasan yang halus dengan menjadi sindikat pembobolan kartu ATM dan kartu kredit banyak melibatkan kaum muda.

Sungguh miris mendengar jejak kriminalitas yang didominasi anak muda. Kamu putus sekolah, yang bingung mencari cara untuk bekerja secara halal akhirnya terjebak pada bisnis hitam dengan memproduksi obat- obatan terlarang, merokok sambil mabuk- mabukan dan akhirnya terseret dalam lingkaran setan kriminalitas yang susah dihindari karena jaringannya sangat kuat dan banyak anak muda terjebak di dalamnya dan susah keluar.

Di Jakarta lahan kosong bisa menjadi perkara serius, karena sejengkal tanah di Jakarta rasanya berharga sekali. Boleh jadi susah mencari ruang yang lega jika di perkotaan. Lahan begitu berharga untuk dijadikan uang. Tanah kosong, tanah sengketa bisa jadi menjadi sarang bagi sindikat kriminal kelas teri memulai aksinya.

Kriminalitas Jakarta 2 (tentang pungutan akta tanah, bisnis properti)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun