Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Akhir Tahun, 2018 Tahun Intrik Politik 2019 Memetik Buah Kebencian

15 Desember 2018   09:43 Diperbarui: 15 Desember 2018   15:43 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto by Michael Grosicky on unplush kreasi tulisan oleh joko dwiatmoko di photoscape

Kebenaran itu Relatif
Bagi pendukung A kebenaran  berbeda menurut sudut pandang B. Dalam mazhab agama suara kyai itu lebih dipercaya dari pada habib, begitu sebaliknya. Sosok calon presiden pun beda cara memandang kebenaran....(ide)

Apa yang diperlihatkan dalam kontestasi politik memperlihatkan bahwa keterbelahan manusia dalam memandang kebenaran. Kebenaran menurut siapa? Semua serba sumir tidak jelas kebenaran menurut kandidat A berbeda dengan kebenaran dari kandidat dan pendukung B. 

Masyarakat  harus sadar tidak boleh terjebak dalam jebakan - jebakan para politisi yang menebarkan informasi di media massa dan media sosial. 

Bisa saja yang salah akhirnya menjadi benar dan yang benar menjadi salah. Tergantung siapa yang memandang. Sekarang muncul istilah kampret dan cebong. Masing masing didukung ulama, masing masing didukung orang- orang yang katanya sangat menguasai ilmu agama. 

Toh pada kenyataannya agama bukan memberi kesejukan dan kedamaian malah memicu pertengkaran dan perang. Dunia telah terjebak dalam penganut beridiologi radikal  yang bisa dikatakan ekstrem kanan dan isu isu PKI berbasis paham ekstrem kiri. Semuanya menganut isu kerakyatan.

Di sisi lain sebetulnya posisi manusia sekarang lebih menuhankan  tekhnologi. 

Mereka akan kelimpungan jika satu hari saja tidak memegang HP atau gawai...Dengan gawai mereka bisa mendaraskan doa, dengan doa manusia  bisa membaca ayat- ayat kitab suci. 

Lalu apakah banyak manusia yang sesekali melakukan puasa gawai dengan berdoa dengan teknik meditasi yang bertujuan melupakan berhala- berhala yang melekat dalam tubuh gawai termasuk salah satunya?. 

Bagi penulis blog seperti saya tentunya itu sebuah persoalan dilematis karena blogger atau penulis yang aktif di media sosial sepertinya tidak bisa lepas dari benda yang bisa memberinya sejumlah dana segar dari aktifitasnya ngeblog dan menggunakan aplikasi internet untuk mencari uang dengan menjadi youtuber, ojek online, blogger dengan konten khusus, dan sederet pekerjaan lain  yang mengandalkan internet sebagai basis kerja.

Itulah kurang lebih penulis memotret fenomena tahun depan dan mengevaluasi tahun ini. Untuk resolusi diri pribadi tentunya penulis harus sering menulis, menggeluti bidang ini untuk membuka peluang -- peluang lain meskipun tetap tidak melepaskan pekerjaan utama saya sebagai seorang guru.

Guru itu ladang pengabdian sedangkan menulis dapat memberi nilai plus bagi upaya manusia untuk selalu mengikuti perkembangan zaman dan selalu melatih diri untuk belajar terus menerus (manusia pembelajar).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun