Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebudayaan Merangkul Manusia Menjadi Lebih Beradab dalam Beragama

4 Desember 2018   08:57 Diperbarui: 4 Desember 2018   09:05 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi memberikan sentuhan kelembutan pemeluk agama (www.hipwee.com)

Indonesia bukan Arab, bukan Turki, bukan Italia, bukan Eropa atau Amerika. Indonesia adalah Indonesia dengan keragaman budaya yang tersebar  di sepanjang pulau dari Barat ke Timur Dari Sangihe sampai Talaud dari Pulau We sampai Jayapura.

Saya yakin jika sebuah daerah masih melestarikan budaya dan kuat memegang tradisi pergesekan karena agama bisa diminimalisir. Produk budaya adalah produk olah pikir di mana manusia menghargai alam , menghargai bathin dan menghargai orang lain. 

Mereka akan lebih peduli bukan hanya diri sendiri tetapi peduli juga dengan lingkungan karena alamlah yang memberi kekayaan bathin, kreatifitas dan kearifan lokal. Bukan berarti agama menyingkirkan harmoni dengan alam  tetapi ada beberapa paham yang salah menafsirkan ayat- ayat yang lebih cenderung progresif dan fanatik terhadap keberadaan kepercayaan lain hingga muncul pergesekan, kekerasan atas nama agama, pemaksaan kehendak ideologi luar yang memaksa masuk dalam ranah budaya setempat.

Indonesia Lebih Kaya dan Istimewa Mengapa Harus Berpaling Ke Budaya Lain?

Indonesia bukan Suriah, bukan Arab, Bukan Italia atau Jerman. Indonesia adalah pemilik gamelan yang hasil  karya, keahlian anggitannya dikagumi di dunia. 

Indonesia adalah pusat arsitektur di mana candi besar seperti Borobudur merupakan bukti bahwa gaung kecerdasan nenek moyang moncer dan diakui dunia. 

Indonesia adalah Nusantara yang pemandangan dan keramahannya sempat membuat decak kagum masyarakat dunia. Haruskah semuanya itu hilang lenyap hanya karena ingin mengusung satu ideologi, satu faham dan satu agama.

Bukan berarti Indonesia harus alergi dengan simbol simbol agama. Jika setiap agama berkembang tanpa merasa satu sama lain tersaingi bukannya lebih indah. Berlomba  dalam kebaikan itu tidak salah yang salah adalah jika ada perasaan dengki dan iri dan merasa harus berperang untuk membela agama. 

Padahal siapakah yang mengangkat senjata untuk memerangi agama. Ketakutan itu muncul dari diri pribadi yang tidak nyaman dengan orang lain yang berbeda kepercayaan.

Budaya Global Menggeser Pola Pikir Masyarakat

Sekarang di media sosial perang artikel, perang komentar memanaskan relasi antar agama. Sesama saudara bahkan dengan sesama agama sendiri saling menghujad karena beda sudut pandang. Pemicunya salah satunya karena pilihan politik. Fenomena perang ilmu dan kesombongan akhlak itu mengaburkan nilai- nilai ajaran agama sendiri yang intinya harus merunduk, rendah hati dan memaafkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun