Penderitaan seorang tokoh fiksi sebagai representasi dari perasaan pengarang yang pasti menulis berdasarkan sebuah perasaan, pernah mengalami,merasakan dan menderita  dalam rangkaian pengalaman hidupnya. Dialog  protagonis dan antagonis bisa jadi mengeksploitasi penderita oleh tokoh yang digambarkan selalu menderita sepanjang akhir cerita. Novel selalu melahirkan ending mengejutkan bisa berakhir bahagia, dibiarkan mengambang atau malah tetap menderita.
Penulis, Â penyair, seniman memanfaatkan penderitaan untuk spirit bangkit melawan kesedihan, kegagalan, ketakutan. Â Penderitaan itu bukan untuk diratapi melainkan dijadikan motivasi untuk melahirkan terobosan baru hingga manusia terbebas dari penderitaan dan hidup bahagia meski kehidupannya penuh cobaan.
Sebagai kekuatan cerita
Kekuatan cerita,  terletak bagaimana penulis, novelis, penyair mampu mengaduk-aduk perasaan pembacanya. Dan sungguh fantastis bila  pembacanya tersentuh dengan rangkaian cerita yang diciptakan. Manusia bisa merasakan banyak hal dari perjuangan melawan kesedihan, perasaan traumatis, perasaan terkungkung, tidak diberi kebebasan dan harus selalu tunduk tidak mampu melawan. Sebab kadang hati nuraninya tidak tega untuk membuat orang tua, sahabat, teman dekat, pacar, suami istri tertekan merasakan kesedihan, kepahitan hidup dan drama.Â
Jadi penderitaan yang dirasakan manusia bisa dijadikan ide dalam menulis walapun tidak harus dieksploitasi di luar batas kepantasan. Â Saat menderita saatnya berbagi beban dan menulis adalah salah satu solusi efektif untuk meredam nestapa jiwa.