Mohon tunggu...
Dwi Astono
Dwi Astono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pengetahuan ialah untuk perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradigma Berpikir Coaching untuk Supervisi Akademik

15 Desember 2022   23:49 Diperbarui: 16 Desember 2022   00:22 13848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam dua minggu terakhir ini Calon Guru Penggerak angkatan 6 baru saja menyelesaikan modul 2.3 yaitu Coaching untuk Supervisi Akademik. Modul ini memuat beberapa materi yaitu konsep coaching, paradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching, TIRTA sebagai alur coaching dan supervisi akademik.

Beberapa materi ini memberikan gambaran yang luas bagi para CGP tentang bagaimana melakukan supervisi akademik melalui percakapan coaching. Materi ini juga menjadi bekal yang berharga bagi para calon guru penggerak untuk menjalankan perannya dalam mewujudkan kepemimpinan murid dan juga pemimpin pembelajaran di sekolah.

Banyak emosi yang muncul selama mempelajari modul ini. CGP harus semangat menyelesaikan tugas pada Learning Management System (LMS). Tidak dapat dipungkiri terkadang membutuhkan kecerdasan yang lebih dalam mengatur waktu. Hal ini dikarenakan selama proses belajar CGP juga menjalankan perannya di sekolah dengan normal. 

CGP juga harus pandai mengatur waktu dengan anak-anaknya di rumah. Namun, senyum kembali merekah saat mereka dapat bertemu dengan rekan sesama CGP dalam ruang kolaborasi. Ruang kolaborasi menjadi sarana bertemu secara maya antar anggota kelompok. Setiap peserta pengambil peran dengan segala kelebihan dan kekurangan yang melekat pada dirinya.

Selama proses belajar, semua CGP terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Mereka mendapat kesempatan berlatih coaching secara berpasangan. Saat dirinya menjadi coach, pasangannya menjadi coachee dan sebaliknya. Selain itu, mereka juga berkesempatan melakukan praktik coaching dan melakukan observasi. 

Mereka berlatih menyelesaikan masalah melalui paradigm berpikir coaching dalam percakapan coaching. Namun demikian, selama proses berlatih mereka juga menemukan kendala jaringan. Mengingat praktik ini dilakukan secara daring karena peserta dari daerah yang berbeda. Meskipun kendala tersebut dapat diatasi oleh masing-masing peserta.

Beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh para CGP mengenai keterlibatannya dalam proses belajar. Pertama, CGP harus dapat lebih memberdayakan rekannya dalam proses belajar. 

Kedua, mereka juga harus meningkatkan prinsip kehadiran penuh (presence). Yang ketiga, CGP harus dapat lebih aktif memanfaatkan fitur diskusi pada LMS, terutama diskusi yang disampaikan melalui tulisan. Mereka perlu saling mengomentari lebih intensif lagi agar terjadi komunikasi dua arah dan saling memberdayakan.

Sebagai calon pemimpin pembelajaran, CGP dituntut untuk terus mendorong warga sekolah agar selalu mengembangkan kompetensi diri dan senantiasa memiliki growth mindset. 

Mereka juga dituntut untuk menjadi pemimpin sekolah yang dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. 

Demi terwujudnya pemimpin yang memberdayakan tersebut, seorang pemimpin pembelajaran perlu menerapkan sebuah pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. Proses belajar ini menjadi modal besar para calon guru penggerak dalam meningkatkan kematangan diri untuk menjalankan perannya di masa yang akan datang.

Bagaimana membangun paradigma berpikir coaching dalam Supervisi Akademik? untuk dapat membantu rekan sejawat kita untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah Fokus pada Coachee, Bersikap Terbuka dan Ingin Tahu, Memiliki Kesadaran Diri yang Kuat, Mampu Melihat Peluang Baru dan Masa Depan.

Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada coachee atau rekan sejawat yang akan kita kembangkan. Pada saat kita mengembangkan kompetensi rekan sejawat kita, kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka. Berikut adalah percakapan yang menggambarkan bagaimana kita berfokus pada rekan sejawat kita bukan pada "situasi" yang disampaikan dalam percakapan.

Paradigma berpikir yang kedua adalah bersifat terbuka dan ingin tahu. Kita perlu berpikiran terbuka terhadap pemikiran-pemikiran rekan sejawat yang kita kembangkan.

Paradigma berpikir coaching yang ketiga adalah memiliki kesadaran diri yang kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat. Kita perlu mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita. Kompetensi yang merupakan perwujudan dari paradigma berpikir ini akan kita pelajari lebih lanjut di bagian Kompetensi Coaching.

Paradigma berpikir coaching yang keempat adalah mampu melihat peluang baru dan masa depan. Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat masa depan. 

Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah masa depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus pada solusi, bukan pada masalah, karena pada saat kita berfokus pada solusi, kita menjadi lebih bersemangat dibandingkan jika kita berfokus pada masalah.

Dari keempat paradigma berpikir coaching tersebut dapat kita aplikasikan pada sebuah kegiatan supervisi akademik. Supervisi akademik sebagai sebuah rangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001 dalam modul PGP Angkatan 6).

Pelaksanaan supervisi akademik sejauh ini di banyak sekolah sering dipandang sebagai sebuah proses satu arah. Kadang supervisi akademik hanya dilakukan setahun sekali menjelang akhir tahun pelajaran. Supervisi hanya menjadi tagihan para pemimpin sekolah melaksanakan tanggung jawabnya mengevaluasi para tenaga pendidik. Padahal, supervisi akademik adalah proses berkelanjutan yang memberdayakan. Salah satu tujuan supervisi akademik adalah meningkatkan kualitas pengajaran atau kemampuan akademik guru. Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas guru berkembang melalui semangat dari dalam dirinya.

Dalam konteks Pendidikan Guru Penggerak, ada dua paradigma utama yang menjadi landasan dalam menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. CGP dilatih untuk berfokus pada peningkatan kompetensi dirinya dan rekan sejawatnya dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran. Seorang supervisor memahami makna dari tujuan pelaksanaan supervisi akademik di sekolah (Sergiovanni, dalam Depdiknas, 2007):

  1. Pertumbuhan: setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar bagi pengembangan performa sebagai seorang guru,
  2. Perkembangan: supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan diri,
  3. Pengawasan: sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran.

Peserta Pendidikan Guru Penggerak dituntut untuk mengembangkan paradigma yang memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan melihat potensi yang ada di sekolah (komunitas belajar). Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Dan salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik.

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi: 1) Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru, 2) Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu, 3) Terencana, 4) Reflektif, 5) Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, 6) Berkesinambungan, 7) Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik. Pada umumnya pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut.

Salah satu bagian dalam tahapan pelaksanaan supervisi akademik adalah observasi pembelajaran di kelas atau yang biasanya kita sebut sebagai supervisi klinis. Ciri dari supervisi klinis adalah Interaksi yang bersifat kemitraan, Sasaran supervisi berpusat pada strategi pembelajaran atau aspek pengajaran yang hendak dikembangkan oleh guru dan disepakati bersama antara guru dan supervisor, Siklus supervisi klinis: pra-observasi, observasi kelas, dan pasca-observasi, Instrumen observasi disesuaikan dengan kebutuhan, Objektivitas dalam data observasi, analisis dan umpan balik, Analisis dan interpretasi data observasi dilakukan bersama-sama melalui percakapan guru dan supervisor, Menghasilkan rencana perbaikan pengembangan diri, Merupakan kegiatan yang berkelanjutan.

Dalam modul 2.3 Pemndidikan Guru Penggerak juga dijelaskan bahwa Seorang supervisor dengan paradigma berpikir seorang coach akan senantiasa menjadi mitra pengembangan diri para guru dan rekan sejawatnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid. Percakapan-percakapan antara supervisor dan para guru senantiasa memberdayakan sehingga setiap guru dapat menemukan potensi dan meningkatkan kompetensi yang ada pada setiap individu. Supervisi akademik menjadi bagian dalam perjalanan seorang pendidik menuju tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid dan membawa setiap murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Dalam konteks lokal di sekolah maupun di daerah CGP bertugas, tentu muncul tantangan yang harus dicari solusi yang terbaik. Salah satu tantangan yang muncul adalah meluruskan pandangan semua pihak akan supervisi akademik yang sejauh ini masih banyak yang menganggap bahwa supervisi akademika adalah kegiatan satu arah. Tantangan yang kedua dari hasil analisa adalah diperlukan pembiasaan supervisi akademik yang memberdayakan guru sehingga guru dengan kesadaran penuhnya mengembangkan diri untuk dapat mengimplementasikan konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan sosialisasi kepada seluruh insan pendidikan (guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan pihak terkait) tentang paradigma berfikir coaching untuk supervisi akademik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun