Mohon tunggu...
Dwi Astono
Dwi Astono Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pengetahuan ialah untuk perbuatan, dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradigma Berpikir Coaching untuk Supervisi Akademik

15 Desember 2022   23:49 Diperbarui: 16 Desember 2022   00:22 13848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bagaimana membangun paradigma berpikir coaching dalam Supervisi Akademik? untuk dapat membantu rekan sejawat kita untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah Fokus pada Coachee, Bersikap Terbuka dan Ingin Tahu, Memiliki Kesadaran Diri yang Kuat, Mampu Melihat Peluang Baru dan Masa Depan.

Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada coachee atau rekan sejawat yang akan kita kembangkan. Pada saat kita mengembangkan kompetensi rekan sejawat kita, kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka. Berikut adalah percakapan yang menggambarkan bagaimana kita berfokus pada rekan sejawat kita bukan pada "situasi" yang disampaikan dalam percakapan.

Paradigma berpikir yang kedua adalah bersifat terbuka dan ingin tahu. Kita perlu berpikiran terbuka terhadap pemikiran-pemikiran rekan sejawat yang kita kembangkan.

Paradigma berpikir coaching yang ketiga adalah memiliki kesadaran diri yang kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat. Kita perlu mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita. Kompetensi yang merupakan perwujudan dari paradigma berpikir ini akan kita pelajari lebih lanjut di bagian Kompetensi Coaching.

Paradigma berpikir coaching yang keempat adalah mampu melihat peluang baru dan masa depan. Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat masa depan. 

Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah masa depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus pada solusi, bukan pada masalah, karena pada saat kita berfokus pada solusi, kita menjadi lebih bersemangat dibandingkan jika kita berfokus pada masalah.

Dari keempat paradigma berpikir coaching tersebut dapat kita aplikasikan pada sebuah kegiatan supervisi akademik. Supervisi akademik sebagai sebuah rangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001 dalam modul PGP Angkatan 6).

Pelaksanaan supervisi akademik sejauh ini di banyak sekolah sering dipandang sebagai sebuah proses satu arah. Kadang supervisi akademik hanya dilakukan setahun sekali menjelang akhir tahun pelajaran. Supervisi hanya menjadi tagihan para pemimpin sekolah melaksanakan tanggung jawabnya mengevaluasi para tenaga pendidik. Padahal, supervisi akademik adalah proses berkelanjutan yang memberdayakan. Salah satu tujuan supervisi akademik adalah meningkatkan kualitas pengajaran atau kemampuan akademik guru. Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas guru berkembang melalui semangat dari dalam dirinya.

Dalam konteks Pendidikan Guru Penggerak, ada dua paradigma utama yang menjadi landasan dalam menjalankan proses supervisi akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu. CGP dilatih untuk berfokus pada peningkatan kompetensi dirinya dan rekan sejawatnya dalam mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang bertujuan pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran. Seorang supervisor memahami makna dari tujuan pelaksanaan supervisi akademik di sekolah (Sergiovanni, dalam Depdiknas, 2007):

  1. Pertumbuhan: setiap individu melihat supervisi sebagai bagian dari daur belajar bagi pengembangan performa sebagai seorang guru,
  2. Perkembangan: supervisi mendorong individu dalam mengidentifikasi dan merencanakan area pengembangan diri,
  3. Pengawasan: sarana dalam monitoring pencapaian tujuan pembelajaran.

Peserta Pendidikan Guru Penggerak dituntut untuk mengembangkan paradigma yang memberdayakan bagi setiap warga sekolah dan melihat potensi yang ada di sekolah (komunitas belajar). Melalui supervisi akademik potensi setiap guru dapat dioptimalisasi sesuai dengan kebutuhan yang nantinya dapat membantu para guru dalam proses peningkatan kompetensi dengan menerapkan kegiatan pembelajaran baru yang dimodifikasi dari sebelumnya. Dan salah satu strategi yang dapat dilakukan dalam mencapai tujuan tersebut adalah melalui percakapan coaching dalam keseluruhan rangkaian supervisi akademik.

Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi: 1) Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru, 2) Konstruktif: bertujuan mengembangkan kompetensi individu, 3) Terencana, 4) Reflektif, 5) Objektif: data/informasi diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati, 6) Berkesinambungan, 7) Komprehensif: mencakup tujuan dari proses supervisi akademik. Pada umumnya pelaksanaan supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun