Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Drama Natal

28 Desember 2020   13:48 Diperbarui: 28 Desember 2020   14:31 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Myriams-Fotos -- pixabay.com

"Siap 86, Susterku cantik!" sahutku sambil mengangkat tangan memberi kode 'oke'.

Suster Yustin tersenyum lebar mendengar jawabanku yang sedikit bercanda.

"Suwun yo wuk, pokokmen aku padamu lho!" balas Suster Yustin meningkah canda seraya menepuk-nepuk bahuku. 

Dalam sekejap aku beranjak ke belakang panggung. Sejumlah kru dan anak-anak terllihat sibuk dengan berbagai persiapan pementasan drama kelahiran Yesus. 

Kuambil foto candid untuk menangkap ekspresi natural anak-anak serta kru panggung. Sangat menyenangkan. Karena berjarak cukup jauh aku bebas membingkai sejumlah ekspresi tanpa mengganggu aktivitas mereka.

Kubingkai ekspresi tawa ceria para gembala bersarung kusam. Ada pemeran tiga raja yang larut dalam canda saling menunjukkan properti hadiah untuk bayi Yesus. Ada wajah-wajah tegang karena demam panggung.

Tertangkap pula raut suntuk para penata rias. Tampaknya mereka dibuat kesal oleh tingkah anak-anak yang berlarian ke sana kemari selagi dirias.

Saat mengambil candid Maria dan Yusuf, tetiba ingatanku melayang ke panggung masa remaja saat aku memerankan tokoh Maria.

Sekejap panggung berubah temaram, sementara lagu Malam Kudus mulai bergema lembut dari perangkat sound system. Kerlip bintang-bintang serta bulan pada backdrop berwarna biru dongker melengkapi suasana malam sunyi nan syahdu.  


Dari balik tirai, keluar Yusuf dan Maria dalam kostum ala Timur Tengah. Yusuf menuntun Maria yang tengah mengandung. Keduanya berjalan perlahan-lahan berkeliling mencari penginapan. Mengetuk dari pintu ke pintu, tetapi selalu berakhir penolakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun