Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Museum Wayang: Sejarah hingga Kisah Horor

7 November 2020   23:27 Diperbarui: 11 November 2020   14:38 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 7 November ternyata adalah Hari Wayang Nasional. Boleh jadi peringatan ini belum cukup populer. Sangat dimaklumi karena memang penetapannya baru dilakukan pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hari Wayang Nasional ditetapkan lewat Keppres Nomor 30 tanggal 17 Desember 2018. Pemilihan tanggal dikaitkan dengan pengakuan PBB atas wayang Indonesia sebagai warisan dunia yang patut dilestarikan, yaitu pada 7 November 2003.

Bertepatan dengan Hari Wayang saya ingin mengajak para pembaca untuk lebih mengenal Museum Wayang. Setidaknya bagi teman-teman yang belum pernah berkunjung ke museum yang berlokasi di Kota Tua, Jakarta ini. Meskipun mungil dan dihimpit oleh gedung lain, tetapi tampilannya yang khas-mirip bangunan di Negeri Belanda-membuat museum ini cukup mencolok di kawasan kota tua.

Dahulu Gereja Belanda

Museum Wayang yang berada di sisi barat Taman Fatahilah ini, tepatnya beralamat di Jalan Pintu Besar Utara 27, Jakarta Barat. Dari lokasinya jelas bahwa gedung museum termasuk satu di antara bangunan bersejarah. Meskipun demikian museum ini telah berkali-kali mengalami perubahan atau pembangunan ulang sehingga tidak seluruh bagian bangunan memiliki usia yang sama.

Awalnya gedung yang dibangun tahun 1670 tersebut dinamai De Oude Hollandsche Kerk 'Gereja Lama Belanda'. Gereja ini diperuntukkan bagi penduduk sipil Eropa, termasuk tentara Belanda yang kala itu bertugas di Batavia. Tahun 1732 gereja tersebut direnovasi. Seiring pembaruan, lantas namanya pun diganti menjadi De Nieuwe Hollandse Kerk 'Gereja Baru Belanda'.

Menurut Adolf Heuken dalam Sejarah Jakarta, gempa bumi tahun 1808 membuat gedung ini rusak sehingga harus direnovasi kembali. Sesudahnya bangunan difungsikan sebagai kantor. Perbaikan terhadap bangunan ini dilakukan beberapa kali, termasuk sesudah gempa tahun 1938. Setelah beberapa kali berubah fungsi, pada tanggal 13 Agustus 1975 oleh pemerintah gedung tersebut ditetapkan menjadi Museum Wayang.

Foto: @dwi_klarasari
Foto: @dwi_klarasari

Koleksi Museum Wayang

Mengenal dan mencintai budaya tradisional berjuluk wayang bisa kita mulai dari museum ini lho. Konon, di museum dikoleksi lebih dari 4000 buah wayang. 

Bukan hanya wayang yang datang dari budaya Jawa atau Sunda saja, tetapi juga dari berbagai penjuru Nusantara dan luar negeri. Ada wayang kulit, wayang golek, wayang beber, wayang rumput, wayang potehi, dan sebagainya. Oya, kelengkapan pagelaran berupa set gamelan juga dipamerkan di dalamnya.

Foto: @dwi_klarasari
Foto: @dwi_klarasari

  

Foto: @dwi_klarasari
Foto: @dwi_klarasari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun