Mohon tunggu...
Dwi Handoko Saputro
Dwi Handoko Saputro Mohon Tunggu... Guru - Kehidupan itu sebuah cerita

Menulis bagian dari kehidupan yang manis dan nyata karena bagian sebuah cerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keadilan terhadap Diri Sendiri

19 April 2022   07:00 Diperbarui: 19 April 2022   08:06 966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah manusia lepas dari kata keadilan, dalam hal ini manusia harus saling memahami antara pribadi manusia yang satu dengan pribadi manusia yang lain untuk membentuk rasa, yang menjadi dasar pemahaman keadilan diri sendiri.

Terjadinya rasa karena seluruh anggota tubuh manusia memiliki sel-sel saraf yang terjalin secara sistematis dalam membentuk satu kesatuan dalam tubuh manusia, sehingga jiwa manusia akan merasakan setiap kejadian, baik dari dalam maupun dari luar tubuh, dimana jiwa manusia tidak akan menerima jika tidak ada rasa keadilan didalam dirinya. Hal ini yang menjadi dasar munculnya rasa ketidakadilan pada diri manusia itu sendiri. 

Rasa keadilan dalam diri manusia mencerminkan ketenangan pada jiwanya yang menyebabkan sikap manusia menjadi baik. Manusia akan bertanya pada dirinya sendiri dimana letak keadilan diri kita? Sudahkah diri kita ini adil? Keadilan yang ada didalam diri manusia akan dirasakan oleh manusia itu sendiri dengan berbuat adil kepada orang lain.

Keadilan diri sendiri yang berkeadilan terhadap anggota tubuh manusia meliputi; adil terhadap penglihatan, adil terhadap pendengaran, adil terhadap penciuman, adil terhadap lisan, dan adil terhadap qolbu sehingga akan memunculkan keadilan jiwa, disinilah letak keadilan yang dimaksud. Semua jenis keadilan pada diri sendiri ini dapat dijabarkan dengan singkat sebagai berikut:

1. Adil terhadap penglihatan; manusia memiliki mata untuk melihat hal-hal yang disukainya, tetapi harus menyeimbangkan dengan melihat hal yang mendekatkan diri kepada sang pencipta yaitu membaca kitab suci.

2. Adil terhadap pendengaran; manusia memiliki telinga untuk mendengarkan hal-hal yang didengarnya, tetapi harus menyeimbangkan dengan mendengarkan hal-hal yang merenungkan diri kepada sang pencipta yaitu mendengarkan siraman rohani, mendengarkan orang membaca kitab suci.

3. Adil terhadap penciuman; manusia memiliki hidung untuk bernapas dan mencium segala hal yang disayanginya, tetapi harus menyeimbangkan dengan keluar-masuknya napas dan mencium hal-hal yang membuat sayang kepada sang pencipta adalah bersujud dan berdzikir kepada sang pencipta, mencium tangan seorang ibu maupun guru.

4. Adil terhadap lisan; manusia memiliki lidah untuk merasakan dan berbicara segala hal yang enak dan senang, tetapi harus menyeimbangkan dengan menyenangkan sang pencipta yaitu menyeimbangkan lidah sebagai rasa untuk memakan makanan yang halal dan lisan untuk berbicara yang baik dengan senang berdoa, melantunkan kitab suci, maupun berdakwah.

5. Adil terhadap qolbu; manusia memiliki qolbu untuk melakukan atau berbuat dalam segala hal yang dinikmatinya, tetapi harus menyeimbangkan qolbu dengan keimanan kepada sang pencipta yaitu mengisi qolbu manusia dengan berbuat kebaikan dan menjauhi segala kemungkaran didunia. Bagaimana cara mengisi qolbu kita? Penulis sudah jelaskan pada bab sebelumnya tentang Menyirat Kata "Nol".

Jika keadilan terhadap diri sendiri sudah tercapai akan memunculkan keseimbangan qolbu yang menyebabkan jiwa manusia memiliki ilmu keimanan yang kuat karena merasa dirinya penuh dosa dalam jiwanya dan akan termotivasi untuk selalu bertaubat dengan memperbanyak dzikir mengagungkan asmaul husna sang pencipta, ini akan melahirkan rohani qolbu yang kuat dan bersih dalam mendekatkan diri kepada sang pencipta. 

Memperbaiki diri kita sendiri dengan menyeimbangkan keadilan terhadap diri sendiri akan memberikan jiwa manusia kejalan yang diridhoi sang pencipta, sehingga akan dapat berbuat adil kepada orang lain dan memilki lisan yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun