Mohon tunggu...
Dwi Agus Susanto
Dwi Agus Susanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru SD

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Workshop", Spanduk, dan Eksistensi Guru

20 Juli 2018   01:28 Diperbarui: 20 Juli 2018   01:49 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bergaya, cekrek, upload ...

Like, like, like, like, like, ...

Tanpa kita sadari, kita begitu bangga ketika berfoto di depan spanduk kegiatan yang kita ikuti. Itu manusiawi, karena memang yang mengikuti kegiatan (terutama yang dilaksanakan instansi pemerintah) adalah orang-orang tertentu saja, bahkan termasuk orang-orang pilihan. Kita patut berbangga hati.

Tapi, eksistensi seseorang yang mengikuti kegiatan (terutama workshop bagi guru), bukan hanya pada status di media sosial yang memasang foto dengan latar belakang spanduk workshop. Lebih dari itu, eksistensi seorang guru dapat dilihat dari sejauh mana kemampuannya menyerap materi workshop, membagikannya kepada rekan sejawat dan sejauh mana kebermafaatannya bagi pengembangan diri dan profesionalisme.

Seorang guru peserta workshop dengan tingkat eksistensi tinggi adalah:

Memandang workshop bukan sebagai acara liburan; workshop seringkali diadakan di tempat yang nyaman, hotel terutama. Bahkan, banyak yang menganggap bahwa mengikuti workhsop adalah liburan dan perbaikan gizi. Wajar, karena memang fasilitas yang disediakan untuk peserta workshop tidak main-main. Tempat tidur, makanan, semua terjamin.

Sebagai seorang guru dengan eksistensi tinggi, akan memandang workshop bukan hanya sekedar itu, tapi mengikuti workshop adalah kesempatan emas (yang tidak semua orang mendapatkannya) untuk mengembangkan diri. Sebagaimana dalam Permeneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, guru diwajibkan melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). Mengikuti workshop adalah salah cara guru melaksanakan pengembangan diri untuk meningkatkan kompetensinya.

Workshop bukan hanya tentang upload status di media sosial; perkembangan media sosial telah merambah ke setiap tingkatan usia dan profesi. Pun dengan guru. Guru mempunyai akun Facebook, akun Twitter, akun Instagram, grup WhatsApp dan media sosial lainnya. Orang lain dapat mengetahui aktivitas kita hanya dengan melihat status kita di media sosial.

"Ilmu bagaikan kuda liar, dan tulisan adalah pengikatnya". Untuk menunjukkan eksistensi kita, setelah kita meng-upload foto berlatar spanduk workshop, alangkah lebih baik jika status yang kita tulis di media sosial adalah isi materi workshop. Foto yang kita upload adalah foto materi yang kita catat. Yang kita share ke grup adalah informasi penting dari pemateri workshop.

Menyerap materi workshop dengan baik; karena tidak semua orang bisa mengikuti workshop. Maka kita harus benar-benar menyerap materi workshop dengan baik, agar bisa diingat, dimengerti dan dipahami serta dapat dibagikan kepada orang lain, dan tentunya akan memberikan kebermanfaatan yang lebih terhadap materi yang kita dapat.

Peserta workshop yang baik adalah peserta yang mengikuti setiap materi workshop dengan baik. Mendengarkan dengan baik agar tidak mudah lupa, menyimak dengan baik agar dapat selalu ingat, mempraktekkan agar bisa dimengerti dan dipahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun