Mohon tunggu...
Dear Risna
Dear Risna Mohon Tunggu... Pegawai -

Seseorang yang sedang berusaha menjadi lebih baik dan produktif untuk belajar menulis, berusaha untuk lebih semangat banyak membaca buku, Penikmat tulisan orang, dan bercita-cita kuliah dan traveling ke luar negeri, Aamiin.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Harga Nyawa untuk Sebuah Demokrasi

25 April 2019   14:35 Diperbarui: 25 April 2019   14:50 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengingat kembali Pesta Demokrasi 17 April lalu, kita dihadapkan sejumlah pemberitaan para petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) yang meninggal saat mengemban tugas mengawal suara di TPS-TPS seluruh Indonesia. Format Pemilu tahun ini dinilai memberatkan para petugas KPPS. Seperti kisah salah satu petugas yang meninggal akibat kelelahan selama 20 jam sejak bertugas menyelenggarakan pemilihan sampai perhitungan suara menjadi bukti format pemilu tahun ini dinilai tidak efisien. 

malangtimes.com
malangtimes.com
Pasalnya pada pemilu tahun ini, terdapat 5 lembar surat pemilihan yang harus diisi tiap-tiap pemilih dan seluruh suara harus dihitung saat pemungutan suara selesai. Selain itu, faktanya pelaksanaan pemilu secara serentak tidak mempengaruhi efisiensi anggaran. Pemilu serentak justru menghabiskan biaya lebih besar. Diketahui dari Informasi CNN Indonesia, Anggaran pemilu serentak tahun ini sebesar 24,8 triliun lebih besar dari pemilu dan Pilpres 2014 yang menghabiskan 24,1 triliun.

Duka mendalam para keluarga dimana salah satu anggota keluarganya yang menjadi petugas KPPS meninggal dunia karena kelelahan. Tercatat Informasi terbaru DetikNews sebanyak 119 petugas KPPS yang meninggal dunia, 548 sakit, tersebar di 25 provinsi hal ini memicu Organisasi Perludem (Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi)  angkat bicara, Peneliti Perludem Usep Hasan Sadikin lewat keterangan tertulis menyatakan bahwa dengan format pemilu lima surat suara ini lebih tepat dipandang sebagai pemilu borongan, ketimbang pemilu serentak, memborong lima pemilu sekaligus dalam satu waktu yang sama.

Sebagai seorang rakyat jelata, memang para  petugas KPPS bukanlah orang-orang yang akan duduk di kursi DPR sana namun demi menjalankan amanah negara  mereka rela mengorbankan nyawa demi sebuah demokrasi. Bukan hanya penghargaan atau santunan saja cukup untuk mengganti pengorbanan mereka, tetapi juga ini harus menjadi perhatian penting untuk para calon pimpinan negri ini. Apa jadinya jika perjuangan yang telah dibeli seharga nyawa ini dikhianati dengan sebuah kecurangan politik, demi kepentingan suatu golongan sehingga dengan seenaknya mengambil hak-hak rakyat, berhura-hura dibawah kehimpitan rakyat, korupsi, dan menggunakan kewenangan jabatan untuk tindakan tidak berkeadilan. Miris bukan?

Demokrasi seharga nyawa ini kelak akan dipertanggungjawabkan oleh pemimpin negeri ini, tidak hanya di dunia melainkan di akhirat. Untuk itu wahai para pemimpin bijaklah menggunakan jabatan di tanganmu, amanah lah atas segala beban tanggung jawab negara ini yang telah kami serahkan kepadamu, rendahkan hatimu atas segala kritik dan masukan rakyatmu, jadikanlah tombak kekuasaanmu sebagai pijakan untuk menjadi bangsa yang bermartabat. 

Semoga Allah SWT selalu membimbingmu pemimpin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun