Mohon tunggu...
Durrotun Nimah
Durrotun Nimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kondisi Siswa Berkebutuhan Khusus dan Pola Interaksi dengan Siswa dalam Setting Sekolah Inklusi

22 Juni 2021   12:48 Diperbarui: 22 Juni 2021   14:04 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KONDISI SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN POLA INTERAKSI DENGAN SISWA DALAM SETTING SEKOLAH INKLUISI

Dalam dunia pendidikan, anak berkebutuhan khusus di klasifikasikan atas beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelainan anak. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis-jenis anak berkebutuhan khusus, sebagai berikut:

Anak Tuna Netra  adalah anak yang mempunyai kekurangan secara indrawi, yakni indra penglihatan. Meskipun indra penglihatannya bermasalah, intelegensi yang mereka miliki masih dalam taraf normal. 

Anak Tuna Rungu Anak tuna rungu adalah anak yang mempunyai kelainan pada pendengarannya. Mereka mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi terhadap orang lain terhadap lingkungan termasuk pendidikan dan pengajaran.

Anak Tuna Daksa adalah anak yang mempunyai kelainan pada tubuhnya yakni kelumpuhan. Anak yang mengalami kelumpuhan ini disebabkan karena polio dan gangguan pada syaraf motoriknya.

Anak Tuna Wicara Kelainan emosi adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini berhubungan dengan masalah psikologisnya.

Kelainan Emosi adalah anak yang mengalami gangguan pada tingkat emosinya. Hal ini berhubungan dengan masalah psikologisnya. Anak yang mengalami kelainan emosi ini dibagi menjadi 2 macam yaitu a. Gangguan Prilaku, ciri-cirinya yaitu

1. Suka mengganggu di kelas

2. Tidak menghargai orang lain

3. Suka menentang

4. Suka menyalahkan orang lain

5. Sering melamun

b.Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder), gejala-gejalanya terjadi paling sedikit selama 6 bulan. Gejala-gejala tersebut diantaranya yaitu:

1. Tidak mendengarkan orang lain berbicara

2. Sering gagal dalam memperhatikan objek tertentu

3. Sering tidak melaksanakan perintah dari orang lain

Keterbelakangan mental adalah anak yang memiliki mental yang sangat rendah, selalu membutuhkan bantuan orang lain karena tidak mampu mengurus dirinya sendiri, kecerdasannya terbatas, apatis, serta perhatiannya labil. Berdasarkan intelegensinya, anak yang terbelakang mentalnya terbagi

menjadi beberapa bagian yaitu:  a. Idiot, yaitu anak yang paling rendah taraf intelegensinya (IQ > 20),

perkembangan jiwanya tidak akan bertambah melebihi usia 3 tahun,

meskipun pada dasarnya usianya sudah remaja atau dewasa.

b. Imbesil, yaitu anak yang mempunyai (IQ 20-50), perkembangan

jiwanya dapat mencapai usia 7 tahun, bisa diajari untuk memelihara diri

sendirivdalam kebutuhan yang paling sederhana.

Psikoneurosis

Anak yang mengalami psikoneurosis pada dasarnya adalah anak yang

normal. Mereka hanya mengalami ketegangan pribadi yang terus menerus,

selain itu mereka tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri sehingga

ketegangan tersebut tidak kunjung reda. Psikoneurosis ini dibagi menjadi 3

yaitu:

a. Psikoneurosis kekhawatiran, adalah anak yang mempunyai rasa

khawatir yang berlebihan dan tidak beralasan.

b. Histeris, adalah anak yang secara tidak sadar melumpuhkan salah satu

anggota tubuhnya, sesunguhnya secara organis tidak mengalami

kelainan.

Psikopathi adalah kelainan tingkah laku, maksudnya penderita  psikopathi psikopathi ini tidak dapat memperdulikan norma-norma sosial. Mereka selalu berbuat semaunya sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain, hingga sering sekali merugikan orang lain.

Anak Tunagraha adalah istilah yang disematkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalamai permasalahan seputar intelegensi. Di indonesia istilah tunagraha yaitu pengelompokan dari beberapa anak berkebutuhan khusus, namun dalam bidang pendidikan mereka memiliki hambatan yang sama dikarenakan permasalahan intelegensi. Anak tunagraha dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkatan intelegensi dengan dasar intelegensi normal manusia dengan skala Binet berkisar antara 90-110. Adapun klasifikasi berdasarkan tingkat intelegensi adalah ringan (IQ 65-80),sedang (IQ 50-65), Berat (IQ 35-50), sangat berat yang memiliki tingkat berat atau sangat berat, mereka mempunyai karakteristik lebih atau khusus dimana mereka akan mengalami kesulitan untuk menjalani aktivitas sosial sehari-hari.

Anak Tunalaras yaitu konteks dengan batasan-batasan yang sangat rumit tentang peserta didik yang mengalami masalah tingkah laku. Istilah tunalaras yaitu belum dapat diterima secara umum karena batasan-batasan penyebutan anak tunalaras yang kurang saklek. Intinya sebutan anak tunalaras itu gangguan perilaku yang menunjukkan suatu penentangan yangterus menerus pada masyarakat, marusak diri sendiri, serta gagal dalam proses belajar disekolah.

Anak cerdas dan berbakat istimewa memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda dengan peserta didik pada umumnya, istilah anak berbakat memiliki kesamaan dengan istilah-istilah asing, yang dapat diartikan bahwa anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan atau talenta di atas rata-rata anak pada umumnya. Sama dengan anak yang kecerdasannya istimewa yang memiliki kecerdasan di atas IQ rata-rata anak pada umumnya. Anak dengan kecerdasan dan berbakat istimewa memang mengalami perkembangan yang cepat pada aspek tertentu, tapi bukan berarti hal tersebut tidak membawa ancaman negatif terhadap aspek sosiol emosional mereka. Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa akan mendapat prestasi lebih banyak dan tingkat keberhasilan lebih tinggi dibanding anak lain. Tapi tentu dapat berakibat fatal jika mereka mengalami kegagalan, hal yang dapat terjadi adalah menutup diri, setres tinggi, sampai dengan bunuh diri dapat terjadi pada anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa yang mengalami kegagalan. Maka dari itu butuh layanan menunjang kecerdasan dan bakat mereka yang memerlukan layanan konseling serta pendampingan  untuk memerkuat sisi emosial pada anak.

Pola Interaksi Dengan Siswa Dalam Seting Sekolah Inkluisi. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sebab syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi menjadi kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama.

Menurut Blumer Interaksi Sosial adalah "hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu yang berkembang melalui gerak tubuh yang mereka ciptakan dan berlangsung secara sadar". Bertemunya orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial merupakan dasar proses sosial, merujuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Dalam interaksi sosial perlu adanya keterampilan sosial yang secara sosial dapat diterima atau bernilai dalam waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain .

Pola Interaksi Kelompok dengan Kelompok Hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan pola yang tampak. Bentuk pola interaksi sosial meliputi 3 jenis,yaitu 1. Pola interaksi individu dengan individu. Dipengaruhi oleh pemikiran dan perasaan yeng menyebabkan munculnya fenomena, seperti jarak sosial, perasaan simpati dan antisipasi, dan frekuensi interaksi. 2. Pola interaksi individu dengan kelompok memiliki tanggung jawabnya.  Bentuk-bentuk pola interaksi pola lingkaran adalah pola interaksi yang menunjukkan adanya kebebasan dari setiap anggota untuk berhubungan dengan pihak manapun dalam kelompoknya (bersifat demokratis), baik secara vertikal ataupun horozontal. 3. Pola interaksi antar kelompok dapat terjadi karena aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya perbedaan jenis kelamin dan usia, institusi, partai, organisasi, dan lainnya. Misalnya, kehidupan dalam masyarakat yang saling berbaur walaupun mereka berbeda agama, etnis atau ras.

Dari paparan terkait dengan pola interaksi sosial, dalam penelitian ini mengacu pada Pola lingkaran yakni pola interaksi yang menunjukkan adanya kebebasan setiap anggota untuk berhubungan dengan pihak manapun dalam kelompoknya. Bersifat demokratis baik secara vertikal (hubungan ke atas) yakni antara siswa berkebutuhan khusus dengan guru dan kepala sekolah, maupun secara horizontal (sesama) yakni siswa berkebutuhan khusus dengan sesama

berkebutuhan khusus dan siswa normal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun