Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Serial Markesot) Kecilnya Royalty Buku

2 Juli 2018   10:01 Diperbarui: 2 Juli 2018   10:10 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Chapter 2

Royalty Buku Kecil

Sore-sore, Seorang tukang Pos mencari  rumah Markesot. Panjul, seorang tukang ojek online dan Tepos, pak ketua RT sedang duduk sambil chat WA di gardu pos. Mereka heran di zaman now masih ada tukang pos membawa surat lewat .

 "Wah hari gini ada tukang pos bawa sepeda, gak salah lihat apa " ujar Tepos.

"Kita selfie yuk pak RT , langka ini " ajak Panjul sambil memanggil tukang pos.

Pak RT mengangguk, mereka lalu menghentikan pak pos dan mengajak selfie.

"Pak kenapa sih masih naik sepeda, kayak tukang pos jaman old," tanya Pak RT

"Saya orangnya gak bisa move on Pak, ada motor di kantor, tapi saya lebih suka naik sepeda?" jawab tukang Pos.

"Oh bapak berarti anti mainstream, tidak disruption.." tanya Panjul.  

"Ah mbuh...ngomong yang gampang saja. Saya mau ngantar ini  ke Markesot, "

 "Wesel pos...?" Tepos kaget melihat pak Pos membawa wesel.

"Apa itu pak?" tanya Panjul.

"Buat ngambil uang jaman dulu." tegas pak Pos.

 Pak pos kembali mengenggenjot sepedanya, Panjul dan pak RT masih berdiri di tempat, heran.

"Markesot memang orang jaman dulu...." ujar Panjul

Tepos tersenyum.

****

Sarinem menjaga warung di teras rumahnya, ia membuka toko kelontong kebutuhan sehari-hari jualan pulsa listrik maupun hape.

"Assalamualaikum, assalamualaikum..." teriak tukang Pos

"Walakumsalam..eh pak Pos " Sarinem keluar rumah , sepertinya ia sudah hafal dengan kedatangan pak Pos.

"Ini bu biasa, nganter honor tulisan bapak...?" pak Pos  menyerahkan wesel.

Sarinem melihat angkanya.

"Kecil amat pak, kalau segini saya nggak bisa buatin kopi" jawab istrinya.

"Wah kopinya libur Ya. Kalau mau gedhe , jadi pengusaha jangan jadi penulis bu,"

Sarinem menatap muka pak Pos dengan senep lalu tanda tangan.

Pak Pos pun pergi.

***

Jambul keluar pulang, tak lama kemudian Istrinya naik ke atas sambil teriak "Yaaaah"

Markesot kaget, ia masih di loteng memegangi jantungnya, takut copot.

"Nih honor nulis cuma segini, mana cukup buat makan sebulan"

Markesot mengambil wesel yang digeletakin di mejanya, ia pandangi sesaat angkanya cukup mencengangkan, Rp 300 ribu. Istrinya masih berdiri dengan penuh harap-harap cemas.

"Ya syukurin yang ada, biasanya habis teri kan muncul paus" Markesot nyantai melanjutkan update statusnya.

"Jawabanya dari bulan lalu begitu, sudah berapa bulan teri melulu, pausnya dimakan teri.  Keluarlah Yah..main yang jauh, banyakin silaturahmi...biar dapat proyek," Sarinem sewot

"Kerjaku memang begini, nyari order juga dari internet, keluar cuma bikin capek dan malah boros, .kalau nggak penting malas." jawab Markesot

 "Temuin tuh Panjul , gimana caranya jadi ojek online, " ujar Sarinem

"Ha ngojek, Ntar aja, sabar dulu.." ujar Markesot

"Dari dulu juga sudah sabar, kalau perut bisa dikasih makan dengan sabar , aku nyantai saja"

Sarinem keluar, nyengir.

***

Markesot bertamu menemui seorang Ustad Kipli ditemani sahabatnya Panjul, dia menanyakan hukum menuliskan kita suci. Ustad Kpli kaget campur geli.

"Ya ada-ada saja kamu Sot, Nabi Muhammad itu kan Nabi terakhir, sebagai orang beriman kita harus percaya itu. Apalagi ini, jaman sudah gila, banyak orang gila yang sudah memukuli ulama. Kamu percaya ada nabi Sumanto dapat wahyu di gunung Bunder, itu menunjukkan semakin banyak orang stress jaman sekarang.."

"Jadi" tanya Markesot menegaskan.

"Laa..Laa laa....." ustad Kipli menggeleng.

"Kalau lagi nggak ada uang, masuk darurat nggak Tadz?"

"Emang nggak ada kerjaan lain kok dibilang darurat. Mending jadi sopir ojek Online, kayak Panjul tuh lebih berkah"

Panjul tersenyum , Markesot mencibirkan bibirnya,

***

Markesot tertunduk lesu ketika pulang,

"Betul kata ustad Kipli, jadi sopir ojel kayak saya aja, biar dikit yang penting berkah ...   gak usah gengsi-gengsian Sot, ane tau lu kan sarjana, malu kan jadi sopir ojek onlen.. tapi lu kudu inget banyak kok ada ribuan driver ojek lulusan sarjana" ujar Panjul .

Markesot diam membiarkan Panjul berkotbah. Hape Markesot berbunyi.

"Gimana pak, mau nggak bikin kitab suci.." tanya Sumanto.

"Maaf pak, saya belum bisa membantu, berat buat saya untuk mengakui ada Nabi bernama Sumanto,"

"Lho Kenapa? You kan perlu uang, kalau lagi sepi order jangan nolak rezeki, pamali, emang keyakinan bisa membuatmu kenyang.."

"Ini masalah iman pak, bukan masalah perut..." ujar Markesot.

Tut tut tut telpon mati. Panjul hanya geleng-geleng.

***

Sumanto kesal, dia menyuruh anak buahnya untuk usil pada Markesot.

Markesot masih di depan komputer, dia sedang chatting WA dengan sesorang,

"Mas , penulis ya?'

"Ya apa yang bisa saya bantu?"

"Saya mau minta tolong bisa?"

"Minta tolong apa?"

"Bikin buku"

"Bisa , buku apa ? "

"Biografi... berapa jasanya,"

"Oh itu tergantung kayak apa maunya, paling murah biayanya 15 juta ?"

"Oh uang bagi saya tidak masalah pak, masalahnya saya lagi nggak punya uang?' jawabnya

"Oke nanti kalau sudah punya uang WA saya lagi ya...."

Markesot kesal, menutup pembicaraan dan memblokir nomor itu.

"Emang betul, sekarang banyak orang gila ..." gerutu Markesot. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun