Persepakbolaan Indonesia kembali dirundung duka setelah terjadi kerusuhan 1 Oktober 2022 lalu.
Data BPPD [Badan Penanggulangan Bencana Daerah] Jatim pada pukul 10.30 tadi memang demikian, 174 korban meninggal," kata Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak, kepada CNNIndonesia.com.
Siapakah yang mesti bertanggung jawab dengan kejadian tersebut? Saat ini bukan saatnya untuk berdebat tentang siapa yang bersalah.
Tapi saat ini adalah saatnya untuk persepakbolaan nasional berbenah, entah itu dari segi keamanan para penonton dan kenyamanannya, ataupun prosedur penayangannya.
Ada sebagian pengamat berpendapat bahwa penayangan sepak bola di malam hari sangat rentan dengan berbagai macam kerusuhan dari mulai pengaturan kapasitas jumlah penonton yang harus diatur disesuaikan dengan jumlah kursi yang ada di tribune, sampai manajemen konflik ketika terjadi kerusuhan di lapangan yang disebabkan oleh para pemain ataupun para penonton yang rusuh.
Jika hal tersebut tidak dipahami oleh panitia maka tidak menutup kemungkinan tragedi Kanjuruhan akan terjadi di stadion-stadion lain di seluruh Indonesia
Untuk menghindari terulangnya tragedi Kanjuruhan ada tiga komponen yang mesti terlibat aktif dalam membentuk keamanan dan kenyamanan pertandingan, yakni pertama penonton yang damai meskipun riuh rendah tapi tetap terkendali.
Kedua, koordinasi tim keamanan dari pihak-pihak yang berwenang untuk mengamankan jalannya pertandingan sepak bola dari mulai sampai berakhirnya pertandingan. Mereka bertugas benar-benar secara profesional untuk mengamankan jalannya pertandingan
Ketiga, para pemain diharapkan bersikap sportif tidak memancing-mancing emosi kemudian bermain secara fair play yang menunjukkan bahwa memang mereka adalah para pemain yang baik dan profesional.
Para penonton yang hadir di lapangan mereka berharap menyaksikan pertandingan yang mengasyikkan dan seru.