Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang berlaku.(wikipedia)
Dengan demikian, orang yang adil selalu bersikap imparsial, suatu sikap yang tidak memihak kecuali kepada kebenaran. Bukan berpihak karena pertemanan, persamaan suku, bangsa maupun agama. Ada sebagian orang yang mengartikan adil adalah sama rata. Menurut saya itu tidak tepat sebab jika adil adalah sama rata, maka jutru itu akan semakin tidak adil.
di Negara Antabrantah misalnya, terkadang hukuman tidak sesuai/adil dengan perbuatan. Contoh kasus adalah terkadang kasus mencuri ayam lebih panjang masa tahanannya di banding dengan kasus korupsi yang merugikan Negara. Dan sudah banyak kasus seperti ini yang terjadi di Negara Antabrantah ini. Yang seharusnya kasus korupsi itu harus di hukum seberat beratnya karna telah merugikan negara di banding dengan kasus maling ayam. Dilihat nilai kerugian atau harga sebuah ayam jauh sekali, tetapi hukumannya terbalik.
Arti adil tidak sama rata:
Misalnya ongkos untuk naik taksi pasti akan beda dengan ongkos untuk naik ojek walaupun jauhnya sama. Nah jika adil diartikan sebagai sama rata, maka tentu justru itu tidak akan adil jika ogkos ojek akan sama dengan ongkos taxi,sebab dari segi kenyamanan tentu taxi lebih unggul dari pada ojek dan tentu ongkosnya pun akan berbeda.
Misalnya lagi porsi uang saku anak SD dengan anak yang sudah SMA juga beda. Kalau sama justru itu tidak adil, karena anak SMA kebutuhannya lebih banyak dan harga makanan atau minuman orang dewasa lebih mahal.
Ada kisah lucu tapi mengandung unsur makna dari seorang Nasrudin Hojakira-kira begini :
Seorang filosof menyampaikan pendapat, "Segala sesuatu harus dibagi sama rata."
"Aku tak yakin itu dapat dilaksanakan," kata seorang pendengar yang skeptik.
"Tapi pernahkah engkau mencobanya ?" balas sang filosof.
"Aku pernah," sahut Nasrudin, "Aku beri istriku dan keledaiku perlakuan yang sama. Mereka memperoleh apa pun yang mereka inginkan."