Mohon tunggu...
Marendra Agung J.W
Marendra Agung J.W Mohon Tunggu... Guru - Urban Educator

Write to learn | Lahir di Bekasi, mengajar di Jakarta | Menulis edukasi, humaniora, esai dan fiksi | Kontak: jw.marendra@gmail.com |

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Fenomena Rangkap Tugas di Kantor: Antara Keniscayaan dan Keterpaksaan

13 Agustus 2021   17:36 Diperbarui: 15 Agustus 2021   21:37 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tugas berganda, bahkan berlipat-lipat ganda,  itu sebetulnya telah dialami individu sejak kecil. Kalau kita flashback, pada ranah pendidikan sekolah di Indonesia, aktivitas kita sehari-hari menyiratkan lintas displin ilmu, atau pun mengerjakan hal-hal yang begitu beragam. 

Pada tingkat SMP misalnya, kita mengeyam kurang lebih 11 mata pelajaran. Belum lagi, ketika SMA, kita mempelajari kurang lebih 17 mata pelajaran. 

Kita dapat bayangkan bagaimana otak kita bekerja. Terlebih, setiap guru memiliki bentuk penugasan masing-masing, yang cenderung berbeda-beda. Ajaibnya, kita dapat melewati itu semua hingga lulus, walau terkadang kita juga terbebani. 

Artinya, kita memiliki kemampuan untuk dapat melakukan banyak hal dalam disiplin yang berlainan sekalipun.  Pertanyaannya adalah, mengapa saat itu kita dapat lakukan ragam tugas dengan wajar-wajar saja? 

Secara psikologi, kita sebagai pribadi memang memiliki potensi skill yang majemuk. Howard Gardner, dalam pembahasan psikologi pendidikan telah merumuskan, bahwa manusia memiliki  9 kecerdasan  yang disebut sebagai Multiple Intelligences. 

Potensi  diri berupa kemampuan logika matematika, linguistik, verbal, kinestetika, musikal, visual, spasial dan lain sebagainya itu sudah menjadi benih kecerdasan dalam diri kita sejak lahir. 

Hal tersebut yang membuat kita sebagai siswa di sekolahan dapat melahap banyak mata pelajaran dan bentuk-bentuk penugasan dari banyak bidang pelajaran.

Di luar itu, ketika masih menjadi siswa, boleh jadi kita memandang tumpukan tugas belajar yang beragam itu adalah keniscayaan dari perjuangan dalam  proses pendidikan. Sehingga kita dapat melahap semua mata pelajaran bertahun-tahun lamanya tanpa protes dan mengelak sedikit pun.

Pada konteks perkantoran, kata "kerja" dapat kita tarik maknanya ke dalam makna "perjuangan" sebagaimana fenomena di sekolah tadi. Terlepas dari pertimbangan administratif seperti jobdesk dan salary, maka apa yang kita lakukan di kantor menjadi bukan sekedar tugas dan kewajiban formalitas semata.

Dengan kesadaran tersebut, pekerjaan kita di kantor yang bertumpuk dan mengganda itu adalah bentuk dedikasi, untuk membesarkan pencapaian atau kualitas kantor kita. Sehingga melakoni tugas hingga berkali-kali lipat pun terasa sebagai keniscayaan dari sebuah perjuangan, apalagi  tugas tersebut ada pada kapasitas keterampilan kita.

Rangkap Tugas sebagai keterpakasaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun