Mohon tunggu...
Pandapotan Silalahi
Pandapotan Silalahi Mohon Tunggu... Editor - Peminat masalah-masalah sosial, politik dan perkotaan. Anak dari Maringan Silalahi (alm) mantan koresponden Harian Ekonomi NERACA di Pematangsiantar-Simalungun (Sumut).

melihat situasi dan menuliskan situasi itu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Heboh! Germo Jual Perawan Rp 10 Juta di Sumut, Kita Bisa Apa?

25 Juli 2019   08:27 Diperbarui: 25 Juli 2019   10:20 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Korban DPS (tengah) tampak sedang diapit germo dan tante (adik ibu korban). foto: topmetro.news

Ini benar-benar diluar dugaan. Ibu mana yang sanggup menyarankan anaknya jual diri? Padahal kalau mau, masih banyak pekerjaan halal yang bisa dilakukan untuk mencari rupiah, dibanding harus menjual diri. Jadi saran penulis, agar polisi 'membidik' orangtua korban. Karena secara tak langsung, orangtuanya sudah menelantarkan anaknya. Pasal penelantaran anak, kan ada di KUHP. Mungkin polisi bisa menjerat orangtuanya dengan pasal itu.

Ini Pesan Moral

Lantas berangkat dari persoalan ini, apa yang bisa kita petik sebagai pesan moral? Belajar dari kasus ini, hendaknya kita sebagai orangtua senantiasa mendukung minat anak untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Apalagi dari SD ke SMP, sepertinya biayanya belum terlalu besar. Sebagai orangtua, tak sepantasnya menyarankan anaknya untuk jual diri agar mendapatkan uang. Sekali lagi, ini diluar dugaan. Makanya polisi bisa segera memeriksa keterangan ibu korban, apakah benar seperti itu adanya.

Satu hal lagi, jika orangtua 'menyerah' tak mampu lagi membiayai anak, negara ini masih mampu. Serahkan saja ke negara, agar negara ini menempatkan si anak di panti-panti sosial. Ini lebih terhormat daripada melayani nafsu para pria hidung belang. Semoga!

Cimahi, Bandung-Jawa Barat, Kamis 27 Juli 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun