Alonso mendeteksi jika salah satu sebab kekalahan besar Madrid dari PSG (4-0) pada babak semifinal terjadi lantaran faktor permainan individual dan tak bermain sebagai tim. Trio Vinicius, Kylian Mbappe, dan Bellingham yang dimainkan dalam laga tersebut gagal bersinar lantaran lebih bermain secara individual.
Tak pelak, Alonso memberikan peringatan cukup keras kepada para pemainnya. Pemain yang tak mengikuti instruksi pelatih akan dibangkucadangkan. Instruksi keras Alonso itu nampak pada permainan Madrid sejauh ini.
Permainan sebagai tim lebih tampak. Operan dari kaki ke kaki mulai menjadi ciri khas permainan Madrid. Tak ada lagi mengedepankan kualitas performa individual. Kendati keran gol Vinicius mulai berkurang, namun pemain asal Brasil itu terlihat efektif dalam membuat asis bagi rekan setimnya. Sejauh ini, Vinicius sudah membuat 3 gol dan 3 asis, termasuk asisnya untuk gol Mastantuono ke gawang Levante.
Kondisi performa apik Madrid musim ini pun harus siap dihadapi oleh Bellingham ketika kembali dari masa pemulihan cedera. Belum tentu Bellingham langsung mendapat tempat utama dalam pola permainan Alonso. Di sini, Bellingham harus berhadapan dengan Mastantuono untuk bisa mendapatkan jam regular.
Di masa-masa ketidakhadiran Bellingham, Mastantuono terus tampil impresif. Performa itu pun membuat tempat Mastantuono sulit tergantikan dan selalu mendapatkan jam bermain sejak menit pertama.
Pada sisi pertama, Mastantuono menciptakan kekuatan untuk skuad Madrid. Performa di lini tengah makin seimbang lantaran agresivitas gelandang muda seperti Guller dan Mastantuno memberikan warna permainan lini depan Madrid.
Dengan demikian, Alonso mempunyai alternatif dalam melakukan rotasi para pemain. Juga, Alonso bisa mempunyai opsi dalam menciptakan strategi berbeda dalam pola permainan timnya. Itu pun bergantung pada karakter dari masing-masing pemain tanpa mengesampingkan filosofi permainan tim.
Namun, di sisi berbeda, perfoma impresif Mastantuono bisa menciptakan dilema di kubu Madrid. Dilema itu bisa tercipta antara memilih Mastantuono dan Bellingham. Belum lagi, persoalan pada bagaimana Alonso bisa memberikan jam bermain secara regular kepada Rodrygo.
Pada saat dilema tersebut tak terakomodasi dengan baik, pada saat itu ketidakbahagiaan bisa menghampiri para pemain. Bukan tak mungkin, kepercayaan diri tergerus dan performa terbaik ikut menurun.
Untuk itu, kejelian yang dibarengi dengan langkah tegas Alonso dalam mengatur permainan tim sangat dibutuhkan. Di sini, momen Mastantuono yang tampil pada level terbaik tetap terjaga dan jam bermain untuk para pemain lain ikut diatur secara seimbang.
Â