Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mimpi Buruk PSG dan Liverpool Perlu Kubur Ambisi Balas Dendam

7 November 2022   19:43 Diperbarui: 9 November 2022   13:38 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trofi Liga Champions Eropa.Foto:AFP/Fabrice Coffrini via Kompas.com

Hasil undian babak 16 besar Liga Champions Eropa 2022-2023 yang berlangsung di Nyon, Swiss (7/11/22)  sudah bisa ditebak. Akan ada pertarungan antara tim-tim besar di babak 16 besar. 

Boleh dibilang pada babak 16 besar yang berlangsung setelah Piala Dunia 2022 November-Desember di Qatar akan menyajikan laga berasa final kepagian. 

Benar saja. Dua laga yang dipandang final kepagian. Duel antara raksasa asal Paris, Paris Saint Germain (PSG) kontra Bayern Munchen, dan laga antara Liverpool kontra Real Madrid. 

Hasil undian kontra Bayern Muenchen, Mimpi Buruk PSG?

PSG termasuk tim besar yang sangat memimpikan untuk meraih si kuping besar. Bukan rahasia lagi jika impian itu merupakan bagian dari cara PSG untuk menegakkan supremasinya di Eropa. 

Berkat kekuatan uang dari pengusaha asal Timur Tengah,  PSG melakukan investasi besar dengan mendatangkan para pemain bintang. Alhasi, PSG  menjadi salah satu raksasa di Prancis dan di Eropa.  

Akan tetapi, pencapaian di level prestasi cukup bertentangan di antara ranah domestik dan Eropa. 

Di Prancis, PSG boleh saja begitu kuat. Sulit untuk ditaklukan. Bahkan musim ini, PSG belum terkalahkan di Liga Prancis.  

Memang, sempat ada tim yang meruntuhkan dominasi PSG. Hal itu pun hanya berlangsung semusim. Selebihnya, PSG selalu bisa merebut kembali trofi domestik dari para pesaingnya di Prancis. 

Di Eropa jalan PSG tak begitu mulus . Prestasi terbaik PSG di Liga Champions Eropa ketika masuk final di tahun 2020, tetapi kalah tipis dari Bayern Muenchen, yang nota bene lawan PSG di babak 16 besar musm ini. 

Tak ayal, kegagalan PSG di ranah Eropa kerap menghadirkan suara-suara miring. Umumnya, menyatakan bahwa trofi Liga Champions akan selalu sulit untuk dibeli dengan uang. 

Maksudnya, berapa pun jumlah uang yang dimiliki oleh PSG untuk membeli pemain bintang tak akan bisa menjadi jaminan untuk menjadi sukses di Liga Champions. Terbukti sampai saat ini, di mana PSG mempunyai pemain seperti Neymar, Kylian Mbappe, dan Lionel Messi dalam satu tim tetapi tak tampil meyakinkan musim lalu.  

Oleh sebab itu, di taraf Eropa, PSG boleh dipandang sebagai tim kuat, namun tak begitu disegani.  Mentalitasnya tak begitu kuat saat bermain dengan tim-tim mapan di Eropa. 

Terbukti di musim lalu, di mana PSG kalah secara menyakitkan dari Real Madrid di babak 16 besar. PSG yang diperkuat oleh trio Neymar, Messi, dan Kylian Mbappe kalah bersaing dengan para pemain veteran seperti Karim Benzema, Toni Kross, dan Luka Modric.

Malahan, Madrid seperti memberikan pelajaran di mana kesuksesan tak hanya mengandalkan status kebintangan para pemain. Lebih dari itu, tim membutuhkan mentalitas kuat dan kerja keras di setiap laga.  

Musim ini, situasi PSG makin runyam. Pasalnya, lawan PSG di babak 16 besar terbilang sebagai tim yang secara tradisi begitu kuat di Liga Champions. Bayern Muenchen kerap menjadi favorit di setiap perhelatan Liga Champions. 

Belum lagi catatan Muenchen selama kualifikasi grup. Muenchen menjadi tim yang tak terkalahkan selama kualifikasi grup. Padahal, Muenchen berada di grup yang dikategorikan sebagai grup neraka yang berkomposisikan Muenchen, Barcelona, Inter Milan, dan Viktoria Plzen. 

Malahan, Muenchen tampil digdaya. Dua kali Muenchen menundukan Barca yang sudah memoles skuadnya secara besar-besaran pada musim ini.

Kendati kehilangan Roberto Lewandowksi, Muenchen tetap tampil menyerang. Menariknya, Muenchen tak hanya mengandalkan satu pemain sebagai lumbung gol. 

Peran mencetak gol terbagi di beberapa pemain. Jamail Musial, Sadio Mane, Leroy Sane, Eric Maxim Champo-Muling, dan Serge Gnabry seolah berbagi sama rata dalam urusan mencetak gol. 

Maka dari itu, melawan Muenchen seolah menjadi mimpi buruk untuk PSG. PSG memang mempunyai senjata mematikan dengan keberadaan trio Messi, Neymar, dan Mbappe. 

Terlebih lagi, musim ini Messi seolah terlahir kembali. Pemain yang berjuluk la pulga  ini menjadi diregen dari permainan PSG musim ini. Kegemilangan Messi selama berseragam Barca seolah hadir di PSG. 

Persoalan PSG adalah lini belakang. Marquinhos masih menjadi andalan di lini belakang tetapi pemain asal Brasil ini belum memiliki rekan yang kuat untuk menjaga PSG dari kebobolan. 

Sergio Ramos memang masih bisa memberikan kontribusi. Akan tetapi, mantan pemain Real Madrid ini kerap kesulitan dalam menghadapi pola permaianan menekan. 

Selain itu, tantangan PSG adalah pada bagaimana memotivasi Neymar, Mbappe, dan Messi untuk ikut membantu dalam bertahan. Marco Veratti dan Vitinha di lini tengah kerap kesulitan ketika trio ini tak ikut ambil bagian dalam memomtong alur serangan lawan atau ikut membantu dalam bertahan. 

Situasi akan menjadi rumit saat bersua Muenchen yang memiliki permainan menekan dan menyerang. Lini belakang PSG akan mendapat ujian paling serius dari pola permainan Muenchen, yang dikenal dengan gaya gegenpressing  ala Julian Nagelsmann. 

PSG perlu berkaca pada Barca yang mempunyai beberapa bek berkualitas dan  sudah merasakan pada bagaimana Muenchen meruntuhan tembok Barca. Taktik bermain cepat dan langsung membuat lini belakang Barca kesulitan untuk membaca pergerakan para pemain Muenchen.

Hal yang sama bisa terjadi ketika bersua PSG. Ramos tak muda lagi. Ini bisa menjadi titik lemah. Marquinhos perlu mendapat suntikan dari rekan-rekan lainnya, termasuk dari para pemain depan untuk membantu pertahanan.

Agar Muenchen tak menjadi mimpi buruk untuk PSG musim ini, PSG pun harus tampil sebagai sebuah tim. Dalam mana, menyerang sebagai satu tim, dan bertahan sebagai satu tim.  

Duel Final Ulangan Musim lalu antara Liverpool kontra Real Madrid

Pertemuan antara Madrid kontra Liverpool menjadi ulangan pertemuan final musim lalu  yang berlangsung di Paris, Prancis. Madrid keluar sebagai juara setelah menang tipis lewat gol Vinicius Junior atas tim dari Liga Inggris ini. 

Sebelum laga final musim lalu itu berlangsung, bintang Liverpool Moh Salah sempat berkoar-koar untuk melakukan pembalasan dendam atas kekalahan Liverpool di partai final 2018. Waktu itu, Salah ditarik keluar karena cedera yang dihadapinya saat berbenturan dengan Sergio Ramos.  

Alih-alih Liverpool menjalankan misi balas dendam, Moh Salah dan kawan-kawan kembali mendapat getah pahit. Madrid tetap tenang dan menunjukkan mentalitas sebagai juara Eropa. 

Madrid tak gentar menghadapi Liverpool yang sementara berada pada level terbaik pada musim lalu. Dominasi Liverpool sepanjang laga dihadapi dengan permainan yang efektif sekaligus tak panik. 

Alhasil, Madrid hanya membutuhkan satu gol untuk meraih koleksi trofi yang ke-14 dari Liga Champions dalam sejarah klub asal ibukota Spanyol itu. 

Tak ada yang begitu berbeda dari skuad Madrid musim ini. Performa Madrid tetap sama di bawah kendali Carlo Ancelotti.  Yang makin kentara adalah performa Madrid yang kian konsisten bersama Ancelotti karena sudah mengenal di antara satu sama lain. 

Ini akan menjadi tantangan untuk Liverpool. Musim ini, Liverpool mendahapi performa yang tak konsisten. Beberapa laga terakhir, Liverpool lagi bangkit dan memperbaharui perfoma tim.

Melawan Madrid, Liverpool perlu menanggalkan ambisi untuk balas dendam. Fokusnya adalah pada bagaimana tampil konsisten, sembari mencari cara agar tak kembali menelan pil pahit menghadapi Madrid di babak 16 besar. 

Kerap kali, agenda balas dendam malah menjadi batu sandungan bagi tim. Tim lebih fokus untuk mencari gol, tetapi kehilangan kosentrasi untuk mengantisipasi taktik serangan lawan. 

Lebih baik, Liverpool bermain tenang, tak terprovokasi dengan sejarah kelam yang pernah terjadi pada musim-musim sebelumnya, termasuk final musim lalu. 

Jedah Piala Dunia di Qatar akan mempengaruhi persiapan tim-tim Eropa di babak 16 besar, termasuk Liverpool, Real Madrid, PSG, Bayern Muenchen dan klub-klub yang bermain di Liga Champions dan juga mempengaruhi konsistensi tim. 

Bisa saja, mentalitas para pemain juga ikut terpengaruh dari hasil Piala Dunia dan akan mempengaruhi performa mereka saat kembali ke klub yang mereka bela. 

Harapannya, tak ada pemain yang menglami cedera serius selama perhelatan piala dunia sehingga saat pulang dari Qatar para pemain siap sedia menghadapi babak 16 besar Liga Champions Eropa.

***

Salam Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun