Artinya, Barca sudah menggelontorkan hampir 150 juta euro untuk tiga pemain. Dan, sampai saat ini, Barca belum melakukan penjualan besar guna mengimbangi pengeluaran klub.
Lantas, bagaimana Barca membeli pemain di tengah situasi krisis keuangan?
Ini menjadi pertanyaan mendasar dari pelbagai pihak. Pasalnya, di tahun 2021, manajemen Barca menyatakan bahwa klub mempunyai utang yang cukup besar, yakni 1,35 miliar euro.Â
Kondisi utang ini terlihat menyulitkan Barca untuk membeli pemain baru. Bahkan Barca juga memaksa para pemainnya untuk melakukan pemotonangan gaji dan yang bergaji besar dibiarkan untuk pergi meninggalkan klub, termasuk Lionel Messi.Â
Setelah ditelusuri, ternyata Barca melakukan langkah yang cukup berani dan beresiko di bawah kendali Presiden Joan Laporta. Demi membangun kekuatan klub, Barca nekat melakukan penjualan beberapa aset klub seperti persentasi hak pertelevisan klub dan merkandise klub kepada invenstor asing.Â
Penjualan aset ini disebut "economic lever". Artinya, langkah Barca untuk mendapatkan kekuatan uang agar bisa mengatasi keterbatasan-keterbatasan karena kondisi krisis keuangan klub.Â
Tercatat Barca melakukan penjualan 49,9 persen dari merchandise klub berupa baju dan asesoris klu. Lalu penjualan 15 persen hak pertelevisian ke investor asal Amerika Serikat dengan durasi kontra penjualan 25 tahun.Â
Dengan penjualan aset ini, Barca mendapatkan suntikan dana di tengah situasi krisis klub. Alokasi suntikan dana itu, selain untuk membeli pemain, juga dipakai untuk membayar utang, gaji pemain, dan infrastruktur klub.Â
Tentu saja, langkah "economic lever"ini tidaklah cukup. Barca juga mesti melakukan penjualan pemain agar bisa mengimbangi pengeluaran klub.Â
Pada titik ini, Barca mesti berani melepaskan para pemain yang berkualitas dengan harga pas. Tujuannya, agar ada keseimbangan antara pengeluaran dan pendapatan klub.