Akibatnya, De Jong kadang dipaksakan untuk memainkan peran sebagai gelandang penyerang daripada pengatur permainan semata-mata.Â
Berbeda ketika De Jong di bawah kendali Ten Hag. De Jong memainkan peran sentral dari pola permainan Ajax. Di bawah kendali Ten Hag, De Jong seolah memainkan jenderal lapangan tengah  yang mengatur ritme permainan Ajax.Â
Hal ini menjadi salah satu alasan di balik keberanian Ten Hag mendekati De Jong yang masih terikat kuat dengan Barca.Â
Keuntungan MU adalah Barca membutuhkan aliran dana untuk membeli pemain baru. Salah satu sumber dana yang memungkinkan adalah menjual pemain, termasuk pemain penting seperti De Jong.Â
Tak heran, Barca mematok harga tinggi untuk De Jong. Bukan karena Barca tahu MU sangat membutuhkan De Jong, tetapi juga dana dari hasil penjualan De Jong bisa dimanfaatkan untuk pembelian pemain seperti Roberto Lewandowski dari Bayern Munchen.Â
Selain De Jong, Ten Hag juga menginginkan Anthony, mantan anak asuhnya di Ajax. Pemain sayap yang berhasil mencatatkan 10 gol dan 9 assists pada musim lalu ini menjadi incaran beberapa klub, termasuk MU.Â
Tentu saja, Anthony ditargetkan untuk menjadi salah satu senjata Ten Hag di sisi sayap. Terlebih lagi, pemain seperti Jadon Sancho masih belum menemukan performa terbaiknya sejak bergabung dari Dormund pada musim lalu.Â
Akan tetapi, ketertarikan Ten Hag ini juga berbenturan dengan Ajax sendiri. Â Alfred Schreuder yang menggantikan Ten Hag di Ajax menginginkan agar Anthony bertahan selama semusim di Ajax.Â
Langkah ini secara tak langsung bsa merumitkan proses negosiasi antara MU dan Ajax. Mau tak mau, MU harus banting harga agar pemain yang ditargetkan itu bisa ke Old Trafford.Â
Ten Hag sedikitnya menghadapi langkah sulit di jalan awal karirnya sebagai pelatih. Sejauh ini, belum ada kata sepakat antara pemain yang ditargetkan dengan kubu MU.Â
Menjadi persoalan ketika negosiasi mencapai jalan buntu. Ini bisa menjadi batu sandungan bagi taktik dan strategi pelatih pada musim depan.Â
