Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pelajaran dari Kekompakan Duo Messi-Mbappe dan Keprihatinan Pep Guardiola

8 Desember 2021   07:32 Diperbarui: 8 Desember 2021   07:54 6810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paris Saint Germain berhasil mengalahkan Club Brugge (4-1) dalam laga terakhir di Grup A Liga Champions. Foto: AFP/Franck Fife via Kompas.com

 

Dua laga dari grup A pada kompetesi Liga Champions 2021/22 pada dini hari tadi menyajikan laga antara Paris Saint Germain (PSG) kontra Club Brugge dan Manchester City kontra RB Leipzig.

Kendati hasil grup sudah menentukan jalan PSG dan Man City ke babak selanjutnya, namun pertandingan-pertandingan ini bisa dimanfaatkan untuk terus mengasah kemampuan kedua tim di Liga Champions.

PSG menang meyakinkan atas tamunya (4-1), Club Brugge di Parc des Princes. Sementara itu, Man City tumbang (1-2) di kandang RB Leipzig. Dua hal yang menarik dari dua laga ini.

Pertama, kekompakan Lionel Messi dan Kylian Mbappe. 

Messi dan Mbappe sama-sama memberikan dua gol dalam laga ini. Mbappe mencuri sensasi dengan mencetak dua gol dalam rentang waktu 5 menit di babak pertama.

Gol cepat ala Mbappe seolah menguburkan Club Brugge di Paris. Kesolidan Club Brugge yang berhasil menahan imbang PSG di laga perdana terlihat runtuh di hadapan trio Mbappe, Messi, dan Angel Di Maria.

Terlepas dari peran Di Maria dari sistem 3 penyerang, duo Mbappe dan Messi patut mendapat apresiasi. Duo ini terlihat mulai menunjukkan kekompakan. Pun, kehadiran Neymar tak terlalu dipersoalkan.

Gol cantik Messi di menit 38 terlahir lewat kecepatan dan kecerdikan Mbappe yang melihat Messi yang sementara berlari sendirian di tengah. Lalu, dari luar kotak penalti, Messi menembakan bola di sisi kanan gawang Club Brugge.

Dalam laga ini, Messi dan Mbappe menjadi ancaman bagi Club Brugge. Terlalu dini untuk menilai bahwa kekompakan duo ini sudah pada level yang cukup sukses.

Keduanya masih perlu waktu untuk terus membangun koneksi di lini depan. Pasalnya, keduanya merupakan dua tipe pemain yang berkarakter berbeda.

Mbappe lebih mengandalkan kecepatan dalam melakukan penetrasi ke gawang lawan. Tipenya lebih cenderung sebagai pemain yang menyerang secara langsung. Boleh dikatakan, Mbappe sangat cocok apabila ditempatkan dalam sistem permainan yang menekankan pola gegenpressing.

Kecepatannya dalam mencari celah ataupun melakukan serangan balik membuat lini depan PSG cukup berbahaya.

Sebaliknya, Messi terlihat sebagai pemain yang kadang lebih banyak mengontrol bola. Penetrasi ala Messi pun tak terlalu cepat sebagaimana Mbappe. Kelebihan Messi adalah kecerdikannya dalam menghalau lawan yang coba merebut bola.

Persoalannya, Messi kadang memperlambat tempo. Kehati-hatiannya memberikan umpan atau pun tak rekan yang berada di tempat yang tepat membuat Messi lebih memilih untuk memperlambat tempo permainan.

Dua tipe permainan ini memang berbeda, tetapi bisa saling dilengkapi. Messi bisa memanfaatkan kecepatan dan kelihaian Mbappe mencari ruang kosong.

Duo ini akan tajam seturut berjalannya waktu. Boleh jadi, duo ini mekar dan bisa membuat PSG tak begitu merindukan kehadiran Neymar yang sementara dibekap cedera serius.

Trio Neymar, Mbappe, dan Messi belum terlalu solid dan kompak. Sebaliknya, ketika Mbappe, Messi yang sering ditemani oleh Angel Di Maria, permainan menyerang PSG makin nampak.

Dengan ini, PSG hanya membutuhkan dua dari tiga pemain bintang ini. Tiga pemain bintang ini bisa menimbulkan ketimpangan di lini depan.

Kedua, Keprihatinan Pep Guardiola dengan anak-anak asuhnya. 

Manchester City harus mengakui keunggulan RB Leipzig. Kemenangan ini mengantarkan RB Leipzig ke Piala Eropa.

Di balik kekalahan ini, pelatih Man City Pep Guardiola seolah tak percaya dengan performa anak-anak asuhnya. Pasalnya, tak semua pemain yang diturunkan dalam laga ini adalah pemain lapis dua.

Di lini depan, Pep mempercayakan Foden, Grealish dan Mahrez. Lini tengah dihuni oleh Kevin De Bruyne, Fernandinho, dan I. Gundongan.  Menimbang kualitas para pemain ini, Man City seyogianya memenangi laga.

Namun, trio lini depan gagal memberikan ancaman yang berarti pada gawang RB Leipzig. Secara umum, Man City tampil mendominasi namun sulit menembus kesolidan para pemain RB Leipzig.

Tandanya, Pep belum menemukan senjata ampuh dalam meruntuhkan tim yang cenderung bermain bertahan. Menjadi sulit bagi Pep ketika pemain lawan hanya mencari kesalahan timnya, dan mengkonversi kesalahan itu menjadi gol.

Pelajaran lainnya adalah ketika pemain andalan seperti Joa Cancelo, Bernardo Silva, Ederson dan Rodri tak diturunkan, Man City terlihat kehilangan ritme permainan. Padahal, sebuah tim yang bertabur bintang seperti Man City harus memiliki keseimbangan setiap lini.

Pep pasti perihatin dengan performa anak-anak asuhnya. Seyogianya, timnya tetap bermain fokus kendati sudah lolos ke babak selanjutnya.

Laga-laga di Liga Champions mesti dijadikan ajang untuk mengukur sejauh mana kekuatan tim dan pemain secara individual hingga mencapai partai final. Dalam laga kontra RB Leipzig Pep barangkali menemukan bahwa timnya yang sebagian besar tetap dihuni oleh pemain bintang kehilangan ritme di kandang Leipzig.

Dengan ini, Pep harus segera mencari akal di babak selanjutnya. Anak-anaknya asuhnya tak boleh kewalahan  ketika bertemu tim kuat dan tim yang menekankan sistem grendel dalam bertahan dan menghalau dominasi Man City.

Salam Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun