Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Man United Siap-siap Ikuti Jejak Liverpool dan Chelsea

26 November 2021   18:01 Diperbarui: 27 November 2021   19:46 1440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manchester United. Foto: AFP/Glyn Kirk via Kompas.com

Pelatih sementara Manchester United (MU), Michael Carrick tampil cukup memuaskan. Carrick mampu membawa MU pada kemenangan saat MU bermain kontra Villareal di Liga Champions.

Kemenangan ini memberikan angin segar. Kendati nasib Carrick belum jelas, paling tidak MU kembali menunjukkan mentalitas sebagai tim kuat.

Nasib Carrick semakin tidak jelas ketika kabar menunjukkan bahwa MU sementara mengontak Ralf Rangnick sebagai pelatih interim hingga akhir musim. Kabarnya, dalam waktu dekat Rangnick akan segara datang ke MU.

Cara MU terlihat seperti apa yang dilakukan oleh Chelsea ketika memecat Frank Lampard di pertengahan musim lalu.

Lampard yang dipecat digantikan oleh Thomas Tuchel sebagai pelatih interim. Rencana berubah ketika Tuchel mengubah Chelsea di 6 bulan masa kepelatihannya.

Bahkan mantan pelatih PSG itu mampu mempersembahkan trofi Liga Champions untuk Chelsea pada musim lalu dan mengantarkan Chelsea di final Piala FA.

Alhasil, Tuchel dihadiah kontrak permanen sebagai pelatih Chelsea. Chelsea juga memberikan keistimewaan bagi Tuchel untuk mengontrak pemain-pemain yang diinginkan.

Taktik Chelsea, yang kemudian mau diikuti oleh MU ini memang menguntungkan. Keberadaan pelatih interim akan sangat bergantung pada performa yang ditampilkannya. Ketika memuaskan, nasibnya bisa diperpanjang. Pun sebaliknya.

Niat MU mengontrak Ralf Rangnick langsung mengingatkan apa yang telah dilakukan oleh Jurgen Klopp di Liverpool. Klopp menilai Rangnick sebagai panutan atau guru dalam membangun filosofi sepak bola yang dikenal dengan nama Gegenpressing.

Rangnick atau pun Klopp sendiri menilai sepak bola ini serupa dengan Musik Rock n Roll. Pola permainan yang menekankan kecepatan dalam menekan lawan sekaligus bergerak cepat dalam merebut bola ketika diraih oleh lawan.

Rangnick sendiri tak berkesan pada tim yang lebih menekankan penguasaan bola dari kaki ke kaki tanpa menebarkan ancaman pada gawang lawan. Bahkan, dia tak terlalu tertarik ketika para pemain mengoper bola kembali ke daerah pertahanan dan ke penjaga gawang.

Yang dimaui oleh Rangnick adalah tim harus bergerak cepat untuk melakukan serangan ke depan. Tiap individu berupaya untuk membangun serangan guna menekan pertahanan lawan.

Apa yang dilakukan oleh Rangnick ini sudah diikuti oleh Klopp dan Thomas Tuchel. Bahkan pelatih Bayern Munchen, Julian Naggelsmann juga melakukan pola yang persis sama. Makanya, gaya ini bisa dikatakan sebagai gaya a la Jerman.

Penentuan Rangnick ini seolah menjadi upaya MU mengikuti jejak Liverpool. Bukan rahasia lagi jika perkembangan Liverpool sampai saat ini terjadi berkat upaya Jurgen Klopp dengan gaya gegenpressing.

Pindah dari Dortmund, Klopp langsung memberikan efek pada performa Liverpool. Gaya gegenpressing dibangun di Liverpool. Gaya ini mampu membuat Liverpool berjaya di Liga Inggris dan Liga Champions.

Hal yang sama pula dilakukan oleh Thomas Tuchel. Paling terkini ketika Chelsea mampu mengalahkan Juventus dengan skor 4-0. Walau tanpa penyerang tunggal, Tuchel mampu memompa semangat para pemain untuk menciptakan ancaman dan peluang ke gawang Juventus.

Para pemain Chelsea bermain cepat dan itu membuat Juve kewalahan. 4 gol yang bersarang ke gawang Juve merupakan buah dari gaya sepak bola yang sudah dibangun oleh Rangnick.

Gaya gegenpressing sangat menekankan kecepatan dan kedisiplinan para pemain. Ketika bola direbut lawan, para pemain berupaya sedemikian untuk mengunci daerah pertahanan dari serangan lawan.

Tak hanya itu. Rangnick juga menekankan manfaat tendangan bola-bola mati, seperti sepak pojok dan tendangan bebas.

Tendangan pojok atau pun tendangan bebas harus dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk mendapatkan gol. Makanya, porsi latihan untuk tendangan dari bola-bola mati pun mendapat tempat yang cukup besar.  

Dari pengalaman kerja, Rangnick memang belum pernah melatih klub besar seperti Man United. Sebagian besar karir kepelatihannya terjadi di klub-klub Bundesliga Jerman.  

Kendati demikian, Rangnick termasuk pelatih yang disegani di Jerman. Klopp, Naggelsman, dan Tuchel menaruh rasa hormat besar untuk Rangnick.

Selain itu, dia memiliki penciuman kuat pada kualitas pemain muda. Beberapa nama yang pernah diolah oleh Rangnick adalah Naby Keita, Sadio Mane, Joshua Kimmich, dan Erling Haaland.

Dengan pengalaman seperti ini, Rangnick bisa menjadi sosok yang membangun tim yang terdiri dari pemain muda didikan akademi. Sewaktu di era Ferguson, MU dikenal sebagai salah satu tim yang ditopangi oleh para pemain didikan akademi.

Namun, upaya itu perlahan tergerus di beberapa musim terakhir. MU cenderung belanja pemain sehingga peluang pemain didikan akademi menjadi tipis.

Barangkali kedatangan Rangnick tak hanya mengubah gaya permainan MU, tetapi juga membangun MU yang berlandaskan pada peran para pemain akademi.

Apalagi Rangnick pernah menilai jika Ronaldo terlalu tua. Ini bisa menjadi tanda bahwa prospek MU bisa maju bukan saja dari gaya bermain, tetapi perkembangan pemain muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun