Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Efek Everton Tumbang, Laju Tak Seimbang Si "Kuda Hitam" Leicester, dan Menerka Sang Juara

26 Oktober 2020   12:51 Diperbarui: 26 Oktober 2020   13:00 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bek Everton, Lucas Digne mendapat kartu merah dalam laga kontra Southampton. Sumber foto: Bleacher Report Football. com

Catatan apik yang ditorehkan Everton sejak pertandingan perdana musim ini berakhir di tangan Southampton. Dua gol yang tercipta di babak pertama (menit 27 dan 35) sudah cukup membuat pasukan Carlo Ancelotti harus kembali berpijak di daratan.

Sebenarnya sebuah kekalahan hanya menanti waktu. Kemenangan demi kemenangan tidaklah kekal. Kalau tidak waspada, peluang tumbang sangat sulit dihindari.

Everton mempunyai catatan gemilang sejak awal musim ini. Tak sekalipun mengecap kekalahan di lima laga. Hanya sekali imbang saat kontra tim sekotanya, Liverpool. Barangkali tim-tim lain ikut mewanti-wanti dengan performa Everton yang ditorehkan Liverpool tersebut.

Manchester United, Arsenal, Tottenham Hotspur, dan Chelsea tidak boleh tutup mata. Manchester City dan Liverpool juga harus waspada dengan cara kerja pelatih sarat pengalaman Carlo Ancelotti di musim keduanya di Everton.

Apalagi musim ini Everton berhasil mendatangkan James Rodriquez. James yang tidak dipentingkan di Real Madrid langsung mendapat tempat di Everton. Kepercayaan itu disia-siakan. James langsung menjadi aktor penting di dalam skuad Carlo Ancelotti lewat penampilan ciamiknya di lapangan hijau.

Namun, situasi perlahan berubah. Everton akhirnya kalah. Kekalahan ini menutup buku tentang tim yang tak terkalahkan di Liga Inggris musim ini.

Ini juga membuka pintu asa bagi Liverpool. Si juara bertahan musim lalu.

Paling tidak, pasukan Jurgen Klopp bisa melihat bahwa tidak ada tim yang konsisten musim ini. Ketidakkonsisten ini bisa juga menggenapi situasi di timnya yang juga tampil tidak terlalu konsisten seperti musim lalu.

Apalagi salah satu palang penting di lini belakang Van Dijk dibekap cedera serius dan mesti ditepikan untuk jangka waktu yang relatif lama. Dengan ini, Jurgen Klopp harus putar otak untuk menguatkan barisan belakang. Salah mengatur barisan belakang, Klopp bisa terjerembab.

Maka dari itu, selagi musim masih dimulai, Klopp harus segera menemukan formula yang tepat untuk menguatkan barisan belakang. Apalagi tim-tim besar lainnya masih tampil di bawah standar.

Misalnya, rival terberatnya Manchester City. Pasukan Pep Guardiola juga kurang tampil konsisten di awal musim ini. Lalu, duo merah Arsenal dan Manchester United masih belum menemukan ritme yang tepat.

Chelsea yang royal belanja pemain di awal musim masih mencari formula yang tepat untuk menemukan performa terbaik tim.

Menimbang situasi ini, Liverpool harus segera bergerak cepat. Mencari konsistensi yang pernah mereka torehkan di musim lalu. Hanya dengan itu, Liverpool bisa mempertahankan gelar juara.

Konsistensi yang dicapai Liverpool musim lalu cukup menarik. Tidak perlu menang besar. Hanya bermain efektif, cetak satu gol, dan kemudian raih poin penuh. Sebaliknya menang besar, tanpa konsistensi kerap kali berakhir hampa.

Sebenarnya, bukan hanya Liverpool yang berpeluang raih juara musim ini. Semua tim akan bisa meraih gelar Liga Inggris bergantung pada konsistensi.

Sejauh ini, Everton dan Aston Villa yang terbilang konsisten sejak awal musim. Namun, mereka juga ikut terantuk.

Harapannya, itu menjadi pelajaran agar tidak terantuk pada batu yang sama. Dengan kata lain, mereka juga bangkit agar dominasi tim-tim seperti Chelsea, Tottenham, Liverpool dan Manchester City cepat-cepat menghilangkan mereka dari tangga atas klasemen sementara Liga Inggris.  

Terlepas penampilan Everton dan catatan ketidakkonsisten tim-tim besar musim ini, Leicester City perlu diperhintungkan. Seperti musim-musim sebelumnya, Leicester kembali hadir sebagai kuda hitam.

Paling tidak dua tim besar harus tunduk di bawah kekuatan Jamie Vardy dan kawan-kawan pada musim ini. Manchester City dicukur 5-2 (27/9) dan Arsenal dipermalukan dengan skor tipis 1-0 (26/10).

Kehadiran Leicester sangatlah menarik. Performa klub ini menambah hangat kompetesi Liga Inggris. Paling tidak, beberapa tahun terakhir Leicester berhasil mengganggu dinasti tim langganan empat besar.

Musim ini, Leicester terlihat tidak sendirian. Everton dan Aston Villa bisa mengikuti jejak Leicester sebagai tim kuda hitam dalam mengganggu kemapanan tim langganan empat dan lima besar klasemen. Penampilan tim-tim ini mampu mengubah prediksi pertandingan.

Man City dan Arsenal sudah merasakan gigitan si Rubah Biru. Menariknya, saat berhadapan dengan tim-tim papan tengah, Leicester tampil kurang konsisten. Malah cenderung melempem. Tercatat setelah kemenangan besar kontra Man City (27/9), Leicester malah dicukur 3 gol tanpa balas kontra West Ham (4/10) dan kalah tipis 0-1 dari Aston Villa (19/10).

Dengan ini, Leicester tampil beringas lawan klub top, sementara itu melempem kontra tim-tim papan tengah. Situasi ini tentu tidak menguntungkan pasukan Brendan Rodgers apabila mereka mau meraih trofi pada musim ini. 

Seperti Liverpool, Leicester juga harus menunjukkan konsistensi agar bisa meraih titel pada musim. Penampilan tim-tim di kompetesi Liga Inggris pada musim ini menunjukkan bahwa prediksi peraih trofi sangat sulit diterka. Memang musim masih pendek. Prediksi final sangat mustahil.

Juga menimbang level konsistensi dari setiap tim yang tampil, tim mana pun terbuka meraih trofi di Liga Inggris di akhir musim. Dengan ini, skenarionya bisa berbeda dengan situasi di musim lalu, di mana Liverpool yang tampil konsisten sejak awal musim berhasil meraih trofi lebih cepat.  

Salam Bola

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun