Sudah duduk sebagai komut Pertamina, Ahok juga berani menyampaikan mimpinya menjadi seorang presiden. Hanya sekadar mimpi. Namun, apabila lawan politiknya sangat dibaluti oleh ketidaksukaan pada sosok Ahok, mimpi itu bisa mengiris hati. Jadinya, mimpi Ahok seolah menjadi mimpi buruk bagi mereka.Â
Hemat saya, mimpi a la Ahok apabila menjadi seorang presiden adalah bahasa politik. Siapa pun pasti mempunyai mimpi apabila menjadi seorang pemimpin. Termasuk menjadi seorang Presiden.Â
Bahasa politik itu pun perlu dicermati dari konteks politik. Ahok adalah seorang politikus. Mimpinya bila kelak menjadi presiden bisa saja hanya untuk konteks politik sesaat. Bukan bermaksud untuk jangka panjang.Â
Maka dari itu, lawan politik tidak melihat itu sebagai rencana nyata yang mempengaruhi pikiran mereka. Melihat secara positif pada pernyataannya itu sembari mencermati situasi yang terjadi. Toh, jejak masa silam seorang Ahok bisa menjadi tantangan serius baginya untuk naik ke bangku presiden.Â
Mimpi seorang Ahok sah-sah saja. Itu terbilang wajar. Malahan, itu bisa memberikan kontribusi apabila mimpi-mimpinya mengandung substantsi yang tepat sasar bagi pemerintah.Â
Apabila melihat mimpi Ahok sebagai mimpi buruk, hal itu bisa saja lebih pada aspek personal. Bukan lagi, mencermati pernyataan itu dari sisi politis.Â
Salam