Amien Rais salah seorang politikus yang sudah makan garam dengan dinamika politik tanah air. Seperti di tahun-tahun sebelumnya, politikus yang lekat dengan Partai Amanat Nasional (PAN) ini tetap memosisikan dirinya sebagai oposisi pemerintahan Jokowi.
Tidak tanggung-tanggung, Amien Rais tidak bertekuk lutut di hadapan penguasa selama dua periode. Dari kaca mata demokrasi, posisi Amien Rais sebagai oposisi pemerintah sangatlah penting. Bahkan hal itu dibutuhkan agar pemerintah tidak berjalan sesuka hati.
Suara-suara kritis sangatlah dibutuhkan dalam sebauh organisasi, seperti untuk sebuah negara. Suara-suara kritis itu bisa mengevaluasi kebijakan pemerintah, atau juga membatalkan kebijakan tersebut.
Pada periode pertama sewaktu Presiden Jokowi berkuasa, Amien Rais merapat ke barisan Prabowo sebagai pihak oposisi. Suara Prabowo sejalan dengan pandangan Amien Rais. Terlebih khusus dalam hal mengritisi kebijakan pemerintah di bawah komando Presiden Jokowi-Jusuf Kalla.
Akan tetapi, situasi berbeda di periode ke-2. Jokowi-Maruf melibatkan Prabowo di kabinet pemerintah. Dengan ini pula, Prabowo yang sebelumnya lawan sekaligus oposisi pemerintah berubah arah menjadi koncoh pemerintah.
Tentu saja, suara oposisi menjadi berkurang. Amien Rais mesti mencari teman-teman lain agar bisa menjadi pihak yang bisa hadir untuk mengkritisi kebijakan pemerintah.
Masuknya Prabowo tentunya menimbulkan pelbagai macam reaksi. Di balik reaksi itu sendiri, satu hal yang pasti adalah dinamika politik di tanah air sangat sulit diprediksi. Semuanya bisa saja terjadi, walaupun itu sangat sulit untuk dipikirkan.
Selain itu, merapatnya Prabowo ke pemerintah berarti perlahan memisahkan diri dari Amien Rais secara politis. Dalam mana, Amien Rais merelakan teman oposisinya untuk bergabung dengan pemerintah. Secara tidak langsung, ini menunjukkan pemisahan. Entah sampai kapan pemisahan itu terjadi?
Yang pasti, pemisahan itu bisa bergantung pada kepentingan politik. Kalau kepentingan politik kembali sama, kedua belah pihak bisa saja berada di dalam satu perahu yang sama. Namun, jika situasinya seperti saat ini, pemisahan itu tetap terjadi. Bahkan pemisahan itu bermuara pada pencabutan dukungan politik.
Pemisahan ini pun akan memengaruhi peta politik. Amien Rais yang begitu getol mendukung Prabowo melawan Jokowi dalam pemilu presiden 2019 bisa saja menjadi lawan Prabowo andaikata beliau tetap nyapres. Hal ini bisa saja terjadi bergantung bagaimana Prabowo menempatkan diri dan mengakomodasi kepentingan dari lawan-lawan politiknya.
Dengan kata lain, Amien Rais bisa saja tidak mendukung Prabowo di Pilpres 2024. Malah, dia bisa menjadi salah satu pengritik Prabowo.