Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Pilkada 2020, Mencari Pemimpin yang Memiliki "Sense of Crisis"

10 Juli 2020   08:09 Diperbarui: 10 Juli 2020   07:59 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pilkada secara langsung. Sumber foto: TribunNews.com

Krisis akibat pandemi korona menjadi ujian besar bagi banyak pemimpin di pelbagai wilayah. Yang berhasil dalam penanganan pandemi ini, mereka menuai banyak apresiasi. Tetapi yang gagal, mereka dihujani kritik dan celaan.

Keberhasilan seorang pemimpin tidak lepas dari kepekaannya pada krisis yang terjadi. Kepekaannya itu ditunjukkan lewat bekerja aktif sambil mencari solusi atas persoalan yang terjadi.

Selain itu, mencermati situasi sembari mencari cara agar menenangkan kekuatiran rakyat. Dengan kata lain, persoalan rakyat juga menjadi persoalan seorang pemimpin.

Sebaliknya, kegagalan kerap kali terjadi saat pemimpin tidak mempunyai kepekaan. Misalnya, menganggap enteng persoalan yang terjadi. Tidak terlibat aktif dalam memecahkan persoalan yang terjadi. Merasa aman dan nyaman di tempat mereka sementara rakyat dibiarkan terbelenggu krisis.

Presiden Jokowi baru-baru ini menyindir anggota kabinetnya. Dalam sindirannya, Jokowi menilai jika ada menterinya yang melihat status bekerja dari rumah (work from home) selama tiga bulan seperti bentuk cuti (CNN Indonesia. Com 9/7/2020). Artinya, mereka tidak bekerja sebagaimana tuntutan situasi.

Di balik sindiriran ini, Presiden Jokowi sebenarnya meminta para menterinya untuk memiliki sense of crisis. Aktif dan peka dalam menyikapi krisis pandemi korona yang sementara terjadi di tengah masyarakat.

Dengan kata lain, Jokowi sangat menekankan para menteri bekerja dengan sungguh-sungguh dan bukannya menutup mata atas krisis yang sedang terjadi.

Sikap sense of crisis ditunjukkan lewat bekerja aktif untuk mencari solusi pada persoalan yang terjadi. Tidak tutup mata melihat krisis yang terjadi. Sikap ini seharusnya dimiliki pada diri setiap pemimpin di tengah situasi krisis.

Namun, situasi krisis pandemi semakin buram saat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Bupati Kutai Timur, Ismunandar dan Ketua DPRD Kutai Timur Encek Unguria beberapa waktu lalu.

Seperti dilansir dari Kompas.com (4/7/2020), kedua pejabat publik ini ditangkap dalam rangkaian operasi tangkap tangan (OTT) (2/7/2020) sebagai bentuk tindakan korupsi.

Parahnya, kedua pejabat ini adalah pasangan suami-istri. Dan, mereka melakukan tindakan korupsi ini di tengah situasi krisis pandemi korona. Dengan kata lain, kelakuan mereka tidak menunjukkan kepekaan pada krisis yang terjadi.

Kabarnya juga, Ismunandar siap bertarung dalam Pilkada bulan Desember mendatang. Dia kembali menjadi calon bupati Kutai Timur.

Kedua pejabat daerah ini terpilih karena suara rakyat untuk menjalankan amanah rakyat. Mereka seyogianya bekerja demi amanah rakyat.

Bertanggung jawab pada amanah rakyat itu menyata lewat kepeduliaan mereka pada krisis yang sementara menimpa rakyat. Mereka peduli pada krisis. Mereka bekerja dan mencari solusi agar rakyat keluar dari belenggu krisis tersebut.

Bukan sebaliknya, pemimpin seolah tinggal di menara gading dengan segala keamanan dan kenyamanannya. Sementara rakyat dibiarkan menderita di tengah belenggu krisis. Apalagi, di tengah rakyat berhadapan dengan krisis, para pemimpinnya melakukan skandal yang menambah beban bagi rakyat sendiri.

Sense of Crisis, Kriteria Pemimpin yang dicari pada Pilkada mendatang

Pada bulan Desember mendatang, sebagian wilayah di Indonesia akan melangsungkan pemilihan kepala daerah (pilkada). Kontestasi politik ini kerap menarik rakyat untuk terlibat aktif.

Pilkada kerap berlangsung seru. Pasalnya, pemimpin yang dipilih umumnya bersentuhan langsung dengan konteks kehidupan masyarakat. Juga, para pemimpin adalah sosok-sosok yang biasa dijumpai dalam kehidupan harian.

Pandemi korona sekiranya menjadi pelajaran berharga bagi rakyat. Pada situasi seperti ini, sangat perlu untuk mencari dan memilih seorang pemimpin yang mempunyai sense of crisis. Pemimpin yang tahu dan peka dengan situasi krisis.

Kualitas itu ditunjukkan lewat kepribadiaan yang mau bekerja untuk rakyat, terlebih khusus di tengah situasi sulit. Bukannya, mencari pemimpin karena kepentingan semata dan latar belakang tertentu.

Tentunya, ini menjadi tantangan serius bagi banyak petahana. Kalau mereka tidak terlibat aktif dalam situasi krisis selama pandemi korona, mereka bisa disingkirkan. Tetapi kalau mereka memiliki sense of crisis selama pandemi korona, mereka berpeluang terpilih lagi.

Masyarakat harus juga peka pada setiap calon pemimpin. Pilih orang yang tepat demi lima tahun yang cerah.

Salah satu kriterianya adalah memilih pemimpin yang benar-benar peka pada krisis yang terjadi di tengah masyarakat. Pemimpin yang memiliki sense of crisis.

Gobin Dd

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun