Berhadapan dengan wabah penyakit Covid-19, sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia memutuskan untuk meliburkan sekolah-sekolah. Keputusan ini dibarengi dengan arahan tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh para siswa dalam masa liburan itu.
Pendeknya, liburan itu bukanlah waktu untuk bersenang-senang. Liburan itu bukanlah waktu untuk bepergian dan bertamasya. Meski rentang waktu itu dikatakan liburan, anak-anak sekolah diharapkan untuk tinggal di rumah.
Bukan sekadar tinggal di rumah. Mereka juga seyogianya menggunakan waktu tersebut untuk belajar. Pada situasi inilah, tuntutan kreativitas mesti muncul dari pihak guru dan orangtua.
Perkembangan jaman sekarang bisa menjadi instrumen dari guru untuk menyalurkan bahan pendidikan bagi anak murid di rumah. Selain itu, situasi ini menuntut peran orangtua sebagai patner yang menemani anak dalam proses pendidikan.
Jadinya, liburan itu bermanfaat karena ada upaya untuk mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang berguna. Idealnya mungkin seperti itu. Semuanya ini kembali bergantung pada pihak-pihak yang ada di lapangan.
Liburan itu secara tidak langsung merupakan masa karantina. Kita menjauhi diri dari keramaihan agar terhindar penyakit Covid-19.
Situasi seperti ini bukanlah kenyataan baru di hadapan ancaman penyakit Covid-19. Provinsi Hubei di China menjadi provinsi pertama yang mengalami masa isolasi. Lockdown.
Ada jutaan orang yang terkunci di provinsi Hubei selama wabah virus Corona menyebar. Tidak tanggung-tanggung, masyarakat terkunci hampir selama dua bulan.
Akses masuk dan keluar provinsi dijaga ketat oleh pemerintah China. Alasannya agar penyebaran virus Corona tidak meluas.
Situasi karantina dan lockdown bukanlah pengalaman yang mengenakkan. Bagi sebagian orang, tinggal di rumah seharian sudah membuat diri menjadi bosan. Apalagi kalau hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Bisa saja karena rasa bosan, orang merasa stres.
Jadi, di tengah situasi seperti ini, butuh kreativitas setiap orang untuk mengisi waktu selama karantina dan lockdown tersebut. Saya kira Kita perlu belajar dari pengalaman beberapa orang di Provinsi Hubei, China di tengah situasi lockdown. Â