Mohon tunggu...
Doni Widiantoro
Doni Widiantoro Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi saya olahraga dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menelusuri Batik di Museum Keraton Yogyakarta

28 Mei 2025   18:00 Diperbarui: 28 Mei 2025   15:09 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Gerbang Museum (Sumber: Doni Widiantoro)

Museum Keraton terletak di Jalan Rotowijayan Yogyakarta, atau di sebelah selatan Alun-Alun Utara. Museum ini buka setiap hari kecuali hari Senin, mulai pukul 09.00-14.00 WIB. Harga tiket masuk museum dibagi menjadi beberapa kategori, wisatawan domestik dewasa Rp 15.000, sedangkan untuk anak-anak Rp 10.000. Kemudian untuk wisatawan mancanegara dewasa Rp 25.000, dan untuk anak-anak Rp 20.000.

Keraton Yogyakarta sebagai salah satu pilar berdirinya Republik Indonesia memiliki sejarah panjang mulai dari era Kolonial hingga saat ini. Sejarah panjang tersebut harus dikenang dan didokumentasikan sehingga generasi muda dapat mengetahui perjuangan yang telah dilakukan.

Museum Keraton berdiri pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VII dan SRI Sultan HB VIII. Pada era pemerintahan Sri Sultan HB IX, wewenang pengelola museum diserahkan kepada Parenta Luhur Keraton, kemudian berganti nama menjadi Kawedanan Kori, dan Tepas Dwara Pura hingga saat ini.

Museum Keraton ini terbagi menjadi beberapa museum diantaranya Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Museum Kristal, Museum Batik, Museum Pameran Lukisan dan Foto. Pada kesempatan kali ini lebih menelisik keanekaragaman batik di Museum Batik Keraton Yogyakarta.

Memasuki museum, pengunjung langsung disambut dengan tarian tradisional diiringi alunan musik gamelan jawa. Kemudian pengunjung diarahkan menuju Museum Batik Keraton Yogyakarta. Sebelum sampai di Museum Batik pengunjung disuguhkan dengan bangunan Bangsal Kencana.

Foto Jarik (Sumber: Doni Widiantoro)
Foto Jarik (Sumber: Doni Widiantoro)

Di dalam Museum Batik Keraton Yogyakarta menyuguhkan aneka ragam motif-motif batik, pakaian pernikahan, dan pakaian siraman. Selain itu, museum ini juga menampilkan ubo rampe atau pernak penik dalam pernikahan mulai dari perhiasan, sesajen, hingga replika ritual pernikahan.

Pembuatan batik di Keraton Yogyakarta masih menggunakan teknik batik tulis. Proses pembuatannya diawali dengan pemilihan kain mori. Kain mori memiliki dua jenis, yakni kain mori tebal dan kain mori tipis (prima). “Untuk kain mori prima sendiri biasanya digunakan oleh kerabat keraton” ujar Gaet. Proses selanjutnya yakni menggambar motif batik di kain mori tersebut dengan menggunakan pensil, kemudian dilanjutkan dengan menebalkan gambar dengan malam/lilin.

Setelah semua motif tertutup malam/lilin, kain kemudian dicelupkan pada larutan pewarna. Setelah pewarnaan selesai, langkah berikutnya adalah melorod, yaitu proses menghilangkan malam dari kain. Kain direndam dalam air panas agar malam meleleh dan terlepas dari serat kain. Kemudian kain dibilas dengan air bersih dan dikeringkan di tempat teduh untuk menjaga keawetan warna.

Foto Prosesi Siraman (Sumber: Doni Widiantoro))
Foto Prosesi Siraman (Sumber: Doni Widiantoro))

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun