Â
Seperti kita ketahui bersama dalam siklus hidup produk yang terdiri empat tahapan, yakni tahap perkenalan, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. 'Pasar kopi' dalam satu dekade ini telah mencapai pada taraf yang matang. Hal ini ditandai dengan 'ekpansi' pemodal besar dari luar bersama konsep kopi waralaba. Tahapan pasar dewasa ini merupakan keberhasilan kita bersama seluruh sektor yakni hulu, hingga hilir yang tidak pernah lelah untuk terus mengenalkan kopi hingga menjadi seperti sekarang. Meski untuk mencapai titik ini banyak juga yang tumbang dan hanya tertinggal sebagai ingatan panjang dengan kisah yang sudah-sudah obrolan di warung kopi. Â
Â
Â
Dongeng Kopi adalah satu kedai yang masih terus berebut untuk menjadi satu ingatan kecil atas pilihan kedai yang jumlahnya ribuan di Jogja - yang begitu nyaring di pelantang iklan social media maupun panjang deret daftar mesin pencari. Kehadiran Dongeng Kopi pada sepuluh tahun silam secara embrio memang sudah membersamai komunitas Bersama komunitas penggemar kopi di social media lewat akun @dongengkopi di twitter. Dorongan kelahiran sebagai ruang kopi darat yang menjelma menjadi wadag kedai kopi juga tidak lepas dari sokongan banyak pihak. Oleh sebab itu bila ditanya berapa modal awal kedai ini berdiri, dari mana pendanaannya, sejatinya dimulai dengan modal sosial yakni kepercayaan, kerja sama dan berbagi nilai.
Â
Â
Tidak ada yang sangat mahir hari ini tidak dimulai dari amatir. Itulah yang kami yakini sebagai pandu untuk terus kami belajar, berbenah dan menjadikan semua kawan sebagai bagian guru, selain pengalaman tentunya yang tetap menjadi guru terbaik. Kami tidak dengan sengaja mendesain bisnis kami ini sebagai bagian dari Enterpreneur Social Movement. Hanya ketika Big Bang Show Bersama Andy F Noya mengundang kami lantaran Kelas Kopi Gratis, perlahan kami baru memahami bahwa apa yang kami lakukan selama ini adalah bagian dari Gerakan Wirausaha Sosial yang mendorong pemberdayaan. Belakangan kami juga baru memahami bahwa pemberdayaan/empowerment adalah bagian dari memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan, mendelegasikan otoritas sebagai bagian usaha memberikan kemampuan untuk menciptakan kemandirian.
Â
Â
Lewat Kelas Seduh Manual bagi kami berhasil mendorong ruang wirausaha senantiasa terbuka bersama kopi. Sebab dari data kami, sekitar 60% membuka usaha kopi, 30% bekerja di industry kopi, dan hanya 10% saja yang hanya menjadikan kopi sebagai hobi. Kehadiran Kelas Seduh Manual awalnya justru didorong oleh para pelanggan yang ingin mendalami kopi secara lebih, selepas sesi pagi yang biasa kami hadirkan via #MakeYourOwnCoffee seduh suka-suka bayar suka-suka. Gelaran menikmati kopi tanpa harus terbatas terhadap harga yang kami hadirkan dari pukul 10-12 siang setiap harinya.
Â
Â
Kelas Seduh Manual lantas membuka ruang baru seperti Gelanggang Jam Terbang Magang (Galang Jambang), Gelanggang Jam Terbang Warga (Galang Warga) yang dampak sosialnya menambah serapan kopi kami di kebun, serta semakin banyak yang mendapatkan manfaat bersama kopi baik dari sisi teknis maupun non teknis. Perkembangan dari sebaran Kelas Sedduh Manual yang bulan ini telah sampai pada Angkatan 52 semakin menguatkan bahwa usaha yang kami rintis tidak semata meningkatnya besaran laba, tetapi memiliki dampak sosial di luar yang timbul atas pertumbuhan modal dan laba.Â
Â
Â
Aldy, Quality Control & Green Buyer The Espresso Lab Dubai, Andy, Pengelola Tarumartani, Damar Head Bar Prambanan Jazz Caf, Januar Production & Quality Manager Libertad Coffee Roaster Jakarta Selatan, Lukas Puguh Supervisor Teras Kemarin, Oot, Pemuda Tani Kopi Temanggung, Raga Bolang Si Budi Grup Solo, Sam Yan Cik Gimbo Kopi, Sofyan Onma Coffee Dealer Mandailing, adalah sedikit nama dari banyak nama yang tersebar ke berbagai daerah yang merupakan bagian dari Dongeng Kopi Connection dimana lewat ruang yang kami miliki secara aktif menyusupkan nilai utama social entrepreneurship yakni nilai tentang social value, civil society, innovation, and economic activity atau nilai sosial, keterlibatan banyak pihak, inovasi, & aktivitas ekonomi.
Â
Â
Pada Bisnis kami, secara hubungan dengan pelanggan, juga tidak semata transaksional selesai. Pelanggan kami berhimpun dalam warga Kerep Dolan. Kependekan dari Kerukunan Pelanggan Dongeng Kopi lan Kekancan atau persatuan pelanggan kedai dalam ikatan persekawanan. Isinya tidak hanya pelanggan kami, tetapi juga barista periode pertama sampai terakhir,alumnus kelas seduh manual, hingga kawan-kawan baru yang menjadi sebelumnya adalah kawannya lama kawan dari Dongeng Kopi. Sebagaimana prinsip kami, kawannya kawan adalah kawan kami juga. Â
Â
Â
Â
Jejaring Petani di Kebun kami berkembang juga didukung oleh Warga Kerep Dolan. Kerabat terdekat, kawan sepermainan, saudara jauh yang punya kebun, berprofesi sebagai petani dan prosesor dipertautkan Bersama kami sehingga menjadi jejaring baru pendukung usaha kami. Oleh sebab itu di rak dagangan kami, kami punya Kopi dengan nama Kopi dari Kebun Warga (korikuga), dan kopi musiman untuk kopi-kopi yang kuantitasnya terbatas dan tidak selalua ada. Selain Mustika Rasa, kopi yang tidak selalu sama karena kopi yang hadir dari kesepakatan Bersama warga kerep dolan yang mengkurasi lewat sesi Kamis dua pekan sekali bertajuk 'Miskaping' Kamis Kita Cupping.
Â
Â
Hubungan antar pelanggan, kemitraan dengan petani di hulu lewat integrasi jejaring inilah yang mejadi kekuatan kami terus bertahan. Enam tahun silam saat usaha kami haru mengalami goncangan, dua gugus hulu dan hilir inilah yang menyelamatkan kami untuk kemudian kembali bangkit dan hadir sebagai kedai. Pelanggan membawakan peralatan kedai untuk beroperasi, mitra petani memberikan kopi dengan tempo waktu longgar untuk kami putarkan sebagai modal. Tanpa perkakas, maklon di tempat kawan.
Â
Â
Saat pandemi melanda negri ini, sekali lagi dua gugusan itulah penyelamat usaha kami lolos dari gulungan tikar pandan bikinan Wuhan. Pelanggan melarisi produk apapun yang kami jual, petani memberikan keringanan jangka untuk kopi yang kami rendang di Dalangan. Kami yang tertatih-tatih dalam hal pendapatan masih berusaha mengepul sekian warga kerep dolan yang mencoba bertahan dengan menitipkan penganan untuk disajikan. Menu makanan kami sampai 70% adalah titipan dari para pelanggan dengan tajuk 'rakyat bantu rakyat', yang kalau diperas sebenarnya justru kami yang banyak dibantu oleh warga karena dukungan untuk terus hadir 'gak habis-habis'.
Â
Â
Â
Barangkali nampaknya hal biasa bagi orang-orang, tetapi kami percaya kurun waktu kami bertahan di tengah lautan merah pasar 'kopi' di Jogja, dalam satu dekade ini adalah bagian dari hubungan mendalam kemitraan strategis dengan kelompok tani, dengan prosesor, praktisi, akademisi, hingga penikmat kopi karena dukungannya dalam berbagai bentuk tidak kurang-kurang.
Â
*) Merupakan tulisan yang ditulis oleh Renggo Darsono, juru Cerita Dongeng Kopi dalam Agenda BUSSINESS MATCHING PELAKU USAHA PERKEBUNAN KOMODITAS KOPI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN D.I.YÂ Grand Mercure Hotel, Yogyakarta, 21 s.d 23 Juni 2023
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI