Mohon tunggu...
H.D. Silalahi
H.D. Silalahi Mohon Tunggu... Insinyur - orang Tigarihit

Military Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pertanian Indonesia Maju, Capaian dan Tantangan

14 Mei 2019   14:53 Diperbarui: 14 Mei 2019   14:56 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

#Regenerasi Petani

Subtema : Regenerasi Petani.

Dalam 5 Tahun Terakhir Pertumbuhan Ekonomi Indonesia rata-rata 5%/tahun, di tengah ekonomi Global yang lesu dan harga komoditas yang rendah semenjak tahun 2012 kita masih mampu survive dan berkembang terus.

Gambaran Pertumbuhan ekonomi yang positif juga tercermin dari kinerja sektor pertanian yang menunjukkan tren peningkatan, dari data indikator pertanian yang dirilis seperti  nilai tukar yang meningkat (sumber) serta produktivitas lahan tanaman pangan yg juga meningkat pesat (sumber)

Sesuai dengan data yang dirilis (https://katadata.co.id/berita/2019/01/09/pdb-sektor-pertanian-terus-membaik) disebutkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu penggerak pengembangan ekonomi di Indonesia yaitu menyumbang kurang lebih 13 % terhadap PDRB Nasional.

Peningkatan indikator pertanian ini tidak dapat dilepaskan dari program Kementerian Pertanian untuk memacu kemajuan di bidang pertanian, pgogram yang baik diteruskan dan mencoba untuk mebuat terobosan baru. Beberapa program yang menonjol untuk mendukung sektor pertanian digarap di 4 tahun pemerintahan Jokowi, antara lain.

Dari segi infrastruktur Pemerintah membangun berbagai Bendungan dan jaringan irigasi untuk mendukung pencetakan sawah baru dan kenaikan Indeks Pertanaman.

Untuk membantu prasarana pertanian Pemerintah melanjutkan program di Zaman SBY yaitu dengan subsidi pupuk disertai terobosan program di tahun 2017 yaitu "UPSUS PAJALE" dengan menggelontorkan pembagian benih besar besaran serta bantuan teknis untuk petani dengan memanfaatkan tenaga penyuluh pertanian dan TNI.

Intensifikasi Petanian digalakkan dengan Program Mekanisasi Pertanian yaitu mengelontorkan secara besar-besaran di seluruh Indonesia bantuan alat Mesin Pertanian seperti Traktor, Hand Traktor, Alat Pemanen dll

Permodalan petani juga diperhatikan dengan memaksimalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), memang di Pemerintahan sebelumnya pemerintah sudah memperkenalkan KUR tetapi suku bunga pinjaman msh cukup memberatkan petani dengan bunga rata-rata 15 % yang menggerus margin keuntungan petani, untuk skrg suku bunga sudah dapat ditekan sampai 7% dengan skema pinjaman yang disesuaikan dengan sektor pertanian, contohnya skema pinjaman dengan pembayaran sesuai siklus panen.

Tetapi ada yang menjadi anomali ditengah berita yang positif ini yaitu penurunan jumlah petani dan dan luas baku lahan pertanian yang menurun  di Indonesia (https://money.kompas.com/read/2017/01/07/120000626/populasi.petani.indonesia.terus.menurun.apa.solusinya) yang artinya jumlah petani kita menurun dan kalau kita telaah lebih jauh terjadi penurunan REGENERASI PETANI.

Hal ini merupakan tantangan bukan hanya bagi Kementerian Pertanian tetapi juga menyangkut lintas sektoral seperti Kementerian Tenaga Kerja misalnya bagaimana Anak Cucu Petani petani kita mau menjadi petani juga seperti orang tuanya (REGENERASI PETANI), kalau perlu yang orangtuanya bukan petani tertarik untuk "berbisnis" di sektor pertanian, kalau kita berpikir jangka panjang sebetulnya ini sangat mengkhawatirkan, jangan sampai terjadi seperti di negara Malasyia, mereka sekarang hanya mengandalkan tenaga dari luar negeri untuk berusaha di sektor pertanian, tidak ada lagi anak muda yg mau menjadi petani.

Setelah melihat fakta tersebut mari kita coba menganalisa penyebabnya dan tentu setelah tahu apa penyebabnya kita dapat menentukan "senjata apa yang kita perlukan untuk menyelesaikannya.

Penyebab yang pertama adalah kebiasaan yang sudah menjadi budaya di Indonesia yaitu hal menjadi pameo di masyarakat Indonesia bahwa kalau mau berhasil harus merantau ke kota, semenjak zaman orde baru arus urbanisasi sangat pesat, hal menjadi sesuatu yang normal setelah melihat kemajuan industri di zaman itu, para pencari kerja dari desa bergerak ke kota untuk mencari pekerjaan yang menawarkan penghasilan lebih baik, apalagi perhatian pemeriah pada pendapatan petani masih kurang di zaman itu contohnya : harga produk pertanian masih dikontrol oleh pemerintah, saya masih ingat kalau menonton Bapak Harmoko, Menteri Penerangan di zaman itu selalu mengumumkan harga-harga produk pertanian :-) 

Hal itu menyisakan masalah bagi petani, margin keuntungan sangat tipis bagi para petani, keadaan ini memaksa anak-anaknya petani mencari kerja ke kota untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Sampai dengan sekarang budaya itu masih menjadi stigma bagi para petani dan pencari kerja di desa.

Penyebab kedua adalah sesuai dengan data BPS terbaru disebutkan bahwa rata-rata kepemilikan lahan pertanian cuma 0,3 ha, kalau dipandang dari segi keekonomian lahan seluas ini tidak menjanjikan apa-anpa kalau kita menanam komoditi tanaman pangan seperti jagung dan Padi, tidak akan cukup untuk membiayai kehidupan satu keluarga.

Penyebab Ketiga adalah harga komoditas tanaman pangan yang sangat rendah di tangan petani, penerima margin keuntungan yang besar adalah pengumpul atau tengkulak.

Penyebab Keempat dan paling massive saat ini adalah alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan atau malah beralih menjadi lahan perkebunan sawit.

Setelah mengetahui permasalahan ini, kita dapat membuat solusi bagaimana mengubah mindset masyarakat kita sehingga sektor pertanian dapat dianggap sebagai bisnis, bisnis yang juga menguntungkan, hingga pada suatu saat nanti generasi Penerus kita akan memilih menjadi petani dibanding menjadi karyawan pabrik atau bankir misalnya.

Sebenarnya Pemerintah tidak tinggal diam, untuk membuat "seksi" sektor pertanian seperti subsidi pupuk dan benih yang tentunya akan menambah margin keuntungan, tapi itu belum cukup, perlu diambil terobosan kebijakan, kalau perlu menabrak aturan-aturan normatif, sebagai saran ada usul kebijakan yang mungkin mengatasi persoalan ini ( yang tentunya kalau yang berjudul kebijakan di pemerintah biasanya harus ada kajian) antara lain :

Untuk menambah Populasi petani sekaligus menyelesaikan 4 permasalahan diatas saya punya usul yang agak ekstrem tapi memang sejalan dengan Program Nawacitanya Pak Jokowi yaitu Reforma Agraria berupa redistribusi lahan kepada petani, memang sudah berjalan yaitu pemberian lahan kepada petani, tetapi mungkin pembagian lahan ini bisa diperluas, dibagikan ke lulusan sarjana pertanian di seluruh Indonesia yang menurut Data Direktorat Pendidikan Tinggi pada tahun 2011 terdapat 34.000 lulusan Sarjana Pertanian setiap tahun di Indonesia yang sebagian besarnya malah bekerja bukan di sektor Pertanian.

Kenapa Harus Sarjana Pertanian?Dasar Argumennya sangat kuat, mereka ini adalah golongan masyarakat terdidik yang sudah pasti menguasai ilmu dan teknologi pertanian yg tentunya dapat menghemat anggaran pemerintah dari segi peningkatan kapasitas SDM.

Untuk menjamin kelancaran program supaya berkelanjutan dan ketepatan sasaran bantuan, Kementan dapat bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan untuk membuat semacam Tim Seleksi untuk memilah calon penerima distribusi lahan, sehingga calon penerima dapat diketahui kapabilitas dan komitmennya untuk mengusahakan lahan ini dari proposal atau business plan yang diajukan.

Dengan Komitmen yang sungguh-sungguh dalam mengusahakan lahan ini, para sarjana pertanian ini dapat menciptakan "multiflier effect" bagi petani di sekitarnya, mereka dapat menjadi pelopor atau pembina para petani di sekitarnya, minimal menjadi ketua kelompok yang dapat diandalkan dan menciptakan kelompok yang mandiri.

Memberikan "tax holiday" bagi produk pertanian khususnya tanaman pangan dan ditambah dengan pajak progresif bagi produk impor pertanian sehingga produk pertanian kita dapat bersaing di pasar dalam negeri, dengan harga yang bersaing produk pertanian lokal dapat menjangkau pasar tradisional, pasar retail modern dan e-commerce.

Memberikan pendidikan vokasi bagi petani pemula dibidang tekhnologi pertanian, finansial, dan marketing sehingga meminimalisir kegagalan usaha bagi para petani pemula.

Registrasi Petani secara online, sehingga kedepannya basis data Profil petani dapat diketahui, Dengan adanya basis data ini pemerintah dapat mengetahui kebutuhan dan kondisi para petani, dengan registrasi ini bisa digagas DANA PENSIUN PETANI misalnya, Dana pensiun ini merupakan daya tarik bagi pencari kerja dengan adanya jaminan hari tua (mungkin bisa disamakan dengan para pencari kerja yang berduyun-duyun ikut seleksi PNS salah satunya karena adanya dana pensiun.

Membuat Sentra Pelelangan Produk Pertanian yang terintegrasi dengan "cold storage" dengan sistem intranet di setiap Kabupaten, yang terhubung dengan Kabupaten Lain, dengan adanya ini manfaatnya sangat besar antara lain dapat meminimalisir peran tengkulak karena adanya tempat lelang karena disitu petani langsung bertemu dengan pembeli, kalau ada produk yang berlebih bisa disimpan di cold storage sambil menunggu apakah ada kabupaten lain yang kekurangan produk tersebut.

Saya yakin sekali dengan adanya program seperti ini pada saatnya sektor pertanian minimal akan memberikan manfaat keekonomian yang besar, dengan keekonomian yang besar, para anak muda kita (generasi Millenial) akan tertarik menekuni pekerjaan di bidang pertanian, Pemerintah juga akan mendapat manfaatnya yaitu Kemandirian Pertanian dan mengurangi pengangguran. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun