Mohon tunggu...
Wimpie Fernandez
Wimpie Fernandez Mohon Tunggu... Penulis - Tak harus kencang untuk berlari

Penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Gelas Retak Berkeping-keping

23 Maret 2019   15:21 Diperbarui: 24 Maret 2019   00:57 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gelas Retak. (Dok. Pribadi / Tian)

"Penyesalan sering kali muncul bersamaan dengan kesadaran baru. Terima penyesalan dan segera berdamai dengan masa lalu. Kini, mantapkan langkah menuju terang untuk hari yang baru" - Penjaga Warung Kopi di Seberang Jalan

Berulang kali gelas itu dipakai si penjual warung untuk menyajikan kopi dari berbagai macam daerah di Indonesia kepada pelanggan yang datang. Hanya saja, gelas itu tidak disajikan ke sembarang orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menikmati kopi menggunakan gelas tersebut.

Sekilas, tak ada yang istimewa dari gelas bercorak tempo dulu itu. Namun, ada keunikan dan perbedaan yang tidak dapat dilihat dan dirasakan setiap orang Tepatnya, hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat, merasakan lalu menikmati kopi menggunakan secangkir gelas tersebut.

Jika dihitung, baru belasan kali gelas dikeluarkan dari lemari. Saat dikeluarkan pun, gelas itu memiliki warna tersendiri yang membuat pengunjung melayang. Seakan menemukan nuansa dan inspirasi anyar dalam kehidupan yang selama ini tidak pernah didapatkan.

Berbagai macam sensasi dirasakan, mulai senang, tersenyum, marah, kecewa, gila, menangis bahkan tersakiti. Itulah mengapa tidak sembarang orang bisa menikmati kopi menggunakan secangkir gelas yang konon katanya lain daripada yang lain. Aroma dan rasa kerapkali membuat belasan pelanggan yang pernah mencobanya dibuat klepek-klepek. Luar biasa.

Suatu ketika datang seorang pelanggan. Perempuan berkulit putih bersih dipadu rupawan yang cantik. Ia penasaran dengan kabar secangkir gelas yang katanya unik dan berbeda dari gelas lainnya ketika disajikan kepada setiap pelanggan.

Dengan manisnya Ia menggoda sama seperti dia merayu lelaki lain, si perempuan meminta kepada penjual warung untuk dibuatkan kopi menggunakan secangkir gelas itu.  

Si penjual kopi pun luluh dan tak berdaya. Seakan buta sampai Ia mengabulkan keinginan perempuan cantik, lalu dibuatnya kopi itu. Saat disajikan, si perempuan tidak langsung meminumnya. Dengan seksama Ia mengamati bagian luar gelas. Kemudian diraba dan dibelainya gelas dengan penuh kehati-hatian. Lembut sekali. Persis seperti mengelus punggung bayi berumur 9 bulan.

Puas meraba dan mengamati bagian luar gelas, si perempuan mulai membuka tutup kopi lalu meletakkan di bagian samping tangan kanannnya. Kali ini, Ia mengamati bagian dalam secara seksama sambil tersenyum-senyum. Seakan tahu dan sudah memahami.

Dihirupnya aroma kopi sembari meniup-niup kebulan asap kopi yang mengepul lembut dari dalam gelas. Sesekali Ia berbicara namun terdengar samar. Si penjual memperhatikan dengan seksama tingkah jenaka yang dilakukan perempuan itu.

Dirasa kopi agak dingin, perempuan itu mulai mencicipi kopi perlahan-lahan. Sangat pelan dan terlihat elegan. Ia benar-benar menikmati kopi itu sampai tersisa setengah. Diletakan gelas dengan hati-hati, lalu memainkan jari-jemarinya di atas lingkaran gelas. Sesaat kemudian, perempuan itu menutup kopi. Tidak rapat, tapi sedikit terbuka agar tidak pengap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun