Mohon tunggu...
Unu D Bone
Unu D Bone Mohon Tunggu... Belajar dan Berbagi

Menulis Suka-Suka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Borderline Personality Disorder

11 April 2025   01:14 Diperbarui: 11 April 2025   01:14 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gejala dan Penyebab BDP( Sumber: Dok.Pribadi/dibuat menggunakan AI)

Beberapa tahun ini, selain menjalani tugas sebagai pengajar, sering tanpa direncanakan saya terkondisi menjadi tempat curhat dan teman sharing mahasiswa. Sebagai kelompok yang secara usia kronologis telah meninggalkan kategori remaja dan memasuki awal masa dewasa, mereka tak luput dari banyak sekali persoalan baik individual maupun sosial. Persoalannya pun beragam, dari persoalan yang biasa seperti masalah studi dan jatuh cinta, sampai yang perlu disikapi dengan serius seperti luka batin masa kecil yang terbawa sampai sekarang dan memengaruhi semua aktivitas mereka. Hanya maaf, saya tidak akan mendeskripsikan masalah mereka di sini. Tidak ada pikiran untuk menkhianati kepercayaan mereka. (Salam dua jari).

Dari sekian banyak masalah yg pernah diceritakan mahasiswa, beberapa masalah serius pernah membuat saya ikut pusing memikirkan cara memberikan bantuan yang tepat kepada mereka. Sampai kadang terlintas ide menyarankan beberapa kepada rekan-rekan yang menangani masalah klinis agar bantuan yang diberikan lebih tepat. Masalahnya, merekomendasikan seseorang untuk ditangani psikolog akan menimbulkan masalah lain. Kurangnya pemahaman tentang gangguan mental yang perlu ditangani ahlinya bisa menimbulkan citra negatif bagi subyek, dan malah akan memperparah kondisi.

Tulisan ini terinspirasi dari masalah yang pernah muncul dalam sharing bersama beberapa mahasiswa. Sebenarnya bukan masalah yang mereka alami. Dalam sharing itu mereka menceritakan apa yang mereka temui dalam kehidupan mereka, dan beberapa gejala dan ciri mirip, bahkan mendekati topik yang saya tulis ini.

Sebelum mengulas lebih lanjut tentang topik sebagaimana tertera pada judul, perlu dipahami dahulu satu hal penting yang kadang disalahpahami oleh kebanyakan orang. Dalam bidang psikologi, istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu sindrom atau pola perilaku atau gejala mental yang berkaitan dengan penderitaan atau hendaya subyek disebut gangguan mental atau mental disorder dan bukan penyakit mental (mental illness). Sebagai suatu gangguan, ada gejala yang menimbulkan penderitaan baik fisik maupun psikis pada subyek, dan gangguan tersebut menimbulkan disabilitas (keterbatasan/kekurangan kemampuan) dalam aktivitas sehari-hari.

APA itu BPD?

Baiklah, kita akan mulai dengan pertanyaan awal, apa itu Borderline Personality Disorder (selanjutnya disingkat BPD)? Dalam Psikologi (Klinis), BPD, yang diterjemahkan Gangguan Kepribadian Ambang, adalah salah satu gangguan kepribadian yang secara diagnostik diklasifikasikan dalam Cluster B pada DSM-5. Gangguan ini ditandai oleh ketidakstabilan dalam aspek emosi, perilaku, citra diri, kontrol impuls, dan hubungan interpersonal yang tidak stabil.

BPD merupakan gangguan mental yang memengaruhi cara seseorang berpikir dan merasa tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam menjaga hubungan yang stabil, mengatur emosi, dan memiliki citra diri yang konsisten. Gangguan ini biasanya mulai muncul pada masa remaja akhir atau awal dewasa, hadir dalam berbagai konteks, dan lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria.

Apa penyebabnya?

Penjelasan mengenai penyebab gangguan mental ini dapat dilihat dari beberapa sudut pandang. Dalam pendekatan psikoanalitik khususnya teori objek dari Otto Kernberg, BPD dianggap sebagai hasil dari kegagalan integrasi self-image dan object-image yang stabil pada masa kanak-kanak. Individu dengan BPD mengalami "splitting" (memisahkan objek menjadi baik atau buruk) karena ketidakmampuan untuk melihat orang lain secara holistik. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan dalam hubungan dan identitas.

Pandangan lain dari Aaron Beck dkk. menyatakan bahwa BPD berkembang akibat skema kognitif negatif tentang diri sendiri dan orang lain. Individu dengan BPD memiliki kepercayaan dasar bahwa mereka tidak dicintai, rentan ditinggalkan, dan tidak layak mendapat kasih sayang, sehingga mereka merespons dengan emosi dan perilaku yang ekstrem.

Teori lain yang mencoba memahami BPD  adalah teori biososial. Marsha Linehan yang menganut teori ini berpendapat bahwa BPD berkembang dari interaksi antara Kerentanan biologis terhadap disregulasi emosi, juga karena lingkungan invalidatif, yaitu lingkungan yang tidak mengakui atau bahkan menghukum ekspresi emosi anak. Lingkungan semacam ini membuat individu tidak belajar cara yang sehat dalam memahami, mengekspresikan, dan mengatur emosi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun