Periksa rumah Anda: apakah ada lubang di dinding, atap, atau saluran air yang bisa menjadi pintu masuk ular? Jika ada, segera tutup. Gunakan kawat kasa untuk ventilasi, dan pastikan pintu serta jendela menutup dengan rapat.
Kelima, Memanfaatkan Tanaman Penolak Ular.
Beberapa tanaman dipercaya bisa mengurangi kehadiran ular karena aromanya tidak disukai, misalnya serai wangi, marigold, atau bawang putih. Walaupun belum sepenuhnya terbukti secara ilmiah, menanam tumbuhan ini di pekarangan bisa jadi langkah tambahan yang aman sekaligus mempercantik rumah.
Keenam, Pencahayaan yang Cukup.
Ular suka tempat gelap. Maka, jangan biarkan halaman atau sudut rumah terlalu gelap di malam hari. Pasang lampu luar rumah atau sensor gerak yang bisa otomatis menyala ketika ada pergerakan.
Ketujuh, Edukasi Warga.
Kesadaran masyarakat adalah kunci. Kadang, warga panik berlebihan lalu justru berusaha membunuh ular, padahal tidak semua ular berbahaya. Beberapa spesies, seperti ular sawah atau ular pucuk, justru membantu mengendalikan hama tikus. Dengan edukasi, warga tahu cara melapor ke petugas Damkar atau BPBD jika menemukan ular, alih-alih mengambil risiko sendiri.
Kedelapan, Kolaborasi dengan Pemerintah dan Komunitas
Di beberapa daerah, sudah ada tim khusus penanganan satwa liar. Kolaborasi dengan pihak seperti BPBD, Damkar, atau komunitas pecinta reptil bisa mempercepat respons jika ada kejadian. Selain itu, program penyuluhan tentang mitigasi konflik manusia-satwa juga penting untuk terus digalakkan.
Namun, meski kita merasa terganggu dengan kehadiran ular, sebenarnya mereka punya peran penting dalam ekosistem.
Ular adalah predator alami tikus. Tanpa ular, populasi tikus bisa meledak, merugikan pertanian, dan meningkatkan risiko penyakit. Jadi, bukan berarti kita harus memusuhi ular, melainkan belajar hidup berdampingan dengan tetap menjaga jarak aman.