Pada Kamis pagi, 28 Agustus 2025 yang lalu, masyarakat Lembang, Kabupaten Bandung Barat, dikejutkan oleh kabar kaburnya seekor macan tutul (Panthera pardus) dari kandang karantina di Lembang Park and Zoo.Â
Sebagaimana dikutip dari kompas.com (28/8/2025), Hewan karnivora tersebut berhasil menjebol bagian atap kandangnya sekitar pukul 05.30 WIB dan hingga kini masih belum ditemukan.Â
Insiden ini memunculkan berbagai kekhawatiran, mulai dari potensi ancaman terhadap keselamatan warga hingga pertanyaan mendalam mengenai pengelolaan satwa liar dalam lingkungan buatan.
Lebih dari sekadar insiden kebocoran kandang, peristiwa ini mengungkap persoalan yang lebih kompleks: pemahaman yang masih minim terhadap karakter dan perilaku satwa liar, baik di kalangan pengelola tempat wisata, pemerintah, maupun masyarakat luas.Â
Pemahaman ini bukan hanya penting untuk menjamin keselamatan manusia, tetapi juga untuk menjaga kesejahteraan dan kelangsungan hidup hewan-hewan tersebut.
Satwa Liar Bukan Sekadar Objek Wisata
Sering kali, satwa liar yang berada di kebun binatang, taman safari, atau tempat wisata serupa dipandang semata sebagai bagian dari atraksi hiburan.Â
Pengunjung datang, melihat, berfoto, lalu pergi tanpa benar-benar memahami bahwa hewan-hewan tersebut memiliki karakter, kebutuhan psikologis, serta insting alami yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Macan tutul, misalnya, adalah predator soliter yang sangat sensitif terhadap lingkungan sekitarnya. Di alam liar, mereka memiliki wilayah jelajah yang luas, bisa mencapai puluhan kilometer persegi, dan sangat teritorial. Mereka terbiasa hidup jauh dari hiruk-pikuk manusia, berburu dengan cara mengendap, dan menjaga jarak dari makhluk lain yang dianggap sebagai ancaman.
Ketika seekor macan tutul dipindahkan ke lingkungan buatan yang sempit, penuh suara manusia, dan terbatas geraknya, potensi stres sangat besar. Stres pada hewan liar bisa memicu berbagai reaksi, mulai dari penurunan nafsu makan hingga perilaku agresif atau keinginan untuk melarikan diri.Â
Inilah yang tampaknya terjadi pada macan tutul yang kabur di Lembang, sebuah respons alamiah terhadap tekanan lingkungan yang tidak sesuai dengan naluri alaminya.