Kasus penyakit rabies di Indonesia tampaknya belum mendekati kata usai. Terbaru, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Riau, telah melakukan pemeriksaan terhadap anjing yang menggigit sembilan warga Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru pada Kamis (21/8/2025) dan hasilnya positif rabies.
Rabies, atau yang lebih dikenal sebagai penyakit anjing gila, merupakan salah satu penyakit zoonosis yang paling mematikan di dunia.Â
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang menyerang sistem saraf pusat mamalia, termasuk manusia. Indonesia, sebagai negara dengan populasi anjing yang besar dan masih banyaknya kasus rabies yang dilaporkan setiap tahunnya, perlu mengadopsi pendekatan komprehensif untuk mengatasi masalah ini.Â
Salah satu pendekatan yang paling efektif adalah melalui kolaborasi One Health. Sayangnya, konsep One Health ini masih belum sepenuhnya secara teknis dilaksanakan. Bahkan, masih banyak daerah yang melaksanakan secara sendiri-sendiri. Belum lagi, anggaran pemerintah untuk pengendalian rabies juga sangat minim. Khususnya di sektor kesehatan hewan.
Apa itu One Health?
One Health adalah pendekatan multidisiplin yang menyatukan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk mengatasi masalah kesehatan yang kompleks. Pendekatan ini mengakui bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling terkait dan bahwa masalah kesehatan pada satu sektor dapat berdampak pada sektor lainnya.Â
Dalam konteks rabies, One Health menjadi sangat relevan karena penyakit ini melibatkan hewan (terutama anjing), manusia, dan lingkungan.
Mengapa Kolaborasi One Health Penting dalam Mengatasi Rabies?
Setidaknya terdapat tiga alasan mengapa kolaborasi One Health sangat penting dalam pengendalian rabies.
Pertama, Sifat Zoonosis Rabies.Â