Dalam Tafsir Thabari Juz 14 hal. 215 nomor 16645, Abu Hurairah, berkenaan dengan kata-kata liyuzhhirahu, berkata: "(Ini akan terjadi) pada saat keluar (turun)-nya Isa Ibnu Maryam." Masih pada kitab tafsir yang sama, pada nomor 16646 dikatakan bahwa Abu Ja'far berkata: "Bila Isa a.s. keluar (turun), akan diikuti oleh semua penganut agama." Sementara Ali bin Ibrahim Qummi (w. 919) dalam Tafsir al-Qummi Juz 1 hal. 289 menukil perkataan Abu Ja'far: "Bahwa itu akan terjadi saat keluar (turun)-nya Al-Mahdi dari keluarga Muhammad saw."
Berdasarkan analisis di atas, arti dari simbol kata pulung adalah al-Qaa'im, yakni Isa ibnu Maryam atau Imam Mahdi yang dalam tradisi Sunda dan Jawa lazim dikenal sebagai Ratu Adil. Berkenaan dengan sebutan Imam Mahdi dan Isa ibnu Maryam yang seakan menunjukkan dua pribadi yang berbeda dijelaskan dalam riwayat Ibnu Majah: Laa Mahdiya illaa 'Isa (tidak ada al-Mahdi kecuali Isa). Mahdi dan Isa yang dimaksud dalam nubuatan tersebut adalah satu orang adanya.
Kini tiba pada simbol kata yang ketiga, Galunggung. Dengan menilik makna Galunggung yang berasal dari kata "galuh (nu) agung", maka hati (galuh) yang jembar ini mengingatkan kita kepada kedudukan Nabi Muhammad saw sebagai pemilik akhlak yang agung (khuluq 'azhim) sesuai dengan empat sifat utamanya: shiddiq, amanah, tabligh dan fathonah. Keempat sifat utamanya ini dalam kearifan Sunda dikenal sebagai bener (shiddiq), cageur (amanah), bageur (tabligh), dan pinter (fathonah). Jadi, sang "galuh agung" tersebut tidak lain dari Nabi Muhammad saw..
Bila kita rangkai ketiga makna dari simbol-simbol tadi, maka Sunda nanjung lamun pulung turun di Galunggung dapat dimaknai bahwa Islam akan kembali unggul dan berjaya (nanjung) bila Imam Mahdi -- yang merupakan keturunan Nabi Muhammadi saw -- telah datang.
Kata-kata  nanjung dan turun turut memberikan aksen penguat akan luhurnya kedudukan Al-Mahdi. Kata nanjung berasal dari tanjung, nama sebuah bunga. Kamus Sunda daring memberikan arti kembang tanjung sebagai "bunga (yang) tinggi harkat derajat(nya)". Untuk itu, kata kerja nanjung mengandung arti naik derajat. Sementara kata turun sepadan dengan kata nuzuul dalam bahasa Arab yang menunjukkan asal yang tinggi sebagaimana digunakan dalam frasa Nuzulul Qur'an. Keduanya, nanjung dan turun, mengandung isyarah bila Al-Mahdi merupakan jelmaan dari keagungan sosok Nabi Muhammad saw sebagai "Galuh Agung".
Bahwa Galunggung dalam uga ini tidak merujuk kepada fisik Gunung Galunggung yang berada di Tasikmalaya mendapatkan jejak penjelasannya dari uga lainnya. Penulis menyebutnya sebagai uga Tenjowaringin. Uga dimaksud berbunyi: "Imam Mahdi jaga baris datang ti beulah kulon - Imam Mahdi nanti datangnya dari arah barat." Gunung Galunggung berada di arah timur atau timur laut Tenjowaringin.
Sudahkah Imam Mahdi yang diugakan ini turun? Boleh jadi orang Tenjowaringin punya jawabannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI