Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Agribusiness Enthusiast

Agribusiness Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Lagu "Tetap Bukan Kamu": Sebuah Seni Menerima Takdir

13 Oktober 2025   22:23 Diperbarui: 13 Oktober 2025   22:23 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar spotify lagu Tetap Bukan Kamu oleh Raisa ft Rony Parulian (Foto/Dodik Suprayogi)

Ini menunjukkan kematangan emosional dalam lagu ini. Perpisahan di sini bukan karena benci, melainkan karena realitas yang memisahkan. Mereka tahu kembali adalah kesalahan, tetapi hasrat untuk bersama tetap membara.

Ungkapan Paling Jujur: "Tetap Bukan Kamu"

Puncak emosi dan makna lagu ini muncul di akhir lirik:

"Mencoba jalani sendiri. Yakinkan diriku, mencari pengganti. Tak berarti. Siapa pun. Yang hampiri. Ke mana pun ku mencari, tapi bukan, kamu"

Inilah inti dari pesan yang ingin disampaikan. Lagu ini menyuarakan kejujuran yang seringkali enggan kita akui: "sulitnya move on" ketika mantan kekasihmu adalah standar kebahagiaanmu. 

Mereka mungkin sudah berusaha mencari sosok baru, namun setiap upaya hanya berujung pada perbandingan yang menyakitkan. Tidak ada yang terasa sama, tidak ada yang bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan.

Frasa "tetap bukan, kamu" bukan teriakan keputusasaan, melainkan pernyataan penerimaan yang pasrah.
Ini adalah pengakuan bahwa meskipun ia telah pergi, sosoknya telah menjadi cetak biru cinta sejati yang tak akan tergantikan oleh siapa pun.

Pelajaran Terpenting: Seni Menerima Takdir

"Tetap Bukan Kamu" mengajak kita untuk berdamai dengan kenyataan bahwa beberapa hubungan ditakdirkan untuk menjadi kenangan indah, bukan masa depan.

Lagu ini mengajarkan bahwa cinta sejati tidak selalu harus memiliki tanda tangan pernikahan atau janji selamanya. Terkadang, cinta sejati adalah kemampuan untuk melepaskan orang yang kita cintai demi kebaikan mereka atau karena tuntutan takdir, sambil tetap menghargai dan menyimpan perasaan itu di sudut hati.

Ini adalah bentuk kedewasaan cinta yang paling tinggi, mengakui betapa dalamnya perasaan itu, namun memilih untuk menghormati batasan dan jalur hidup yang telah ditetapkan. Cinta itu tinggal, namun tidak harus kembali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun