Mohon tunggu...
Dodik Suprayogi
Dodik Suprayogi Mohon Tunggu... Agribusiness Enthusiast

Agribusiness Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Frenemy Relationship, Persaingan Tersembunyi di Balik Senyum Pertemanan

21 September 2025   19:57 Diperbarui: 23 September 2025   10:27 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interaksi antar kupu-kupu yang hangat (Foto/Dodik Suprayogi)

Dalam interaksi sosial, kita sering bertemu dengan berbagai jenis hubungan. Ada sahabat sejati yang selalu mendukung, kenalan biasa, hingga orang asing yang datang dan pergi begitu saja. Namun, ada satu jenis hubungan yang unik dan membingungkan: frenemy. Istilah ini merupakan gabungan dari kata friend (teman) dan enemy (musuh).

Wjcik dan Flak (2021) dalam Abetz., dkk (2022) yang dipublikasikan pada Southern Communication Journal dengan judul Defining and Exploring Frenemy Relationships menjelaskan frenemy sebagai seseorang yang bersahabat, meskipun ada ketidaksukaan atau seseorang yang menggabungkan karakteristik dari teman dan musuh.

"Musuh dalam selimut", demikianlah peribahasa yang dapat mewakili dari frenemy relationship. Tampak depan seperti sahabat yang ramah dan penuh kepedulian, namun di belakang diam-diam mengatur siasat untuk menjatuhkan bahkan menyingkirkan. Bukan sebagai kolaborator melainkan kompetitor.

Hubungan semacam ini bisa mengarah pada toxic relationship jika terus menerus berlangsung tanpa Tindakan untuk mengakhirinya.

Membedakan Dukungan dan Persaingan

Hubungan frenemy sering kali terasa seperti persahabatan normal. Ada tawa, cerita, dan momen kebersamaan. Namun, jika diperhatikan lebih saksama, ada nuansa yang berbeda. Dukungan yang diberikan terasa bersyarat. Pujian sering kali diiringi dengan komentar yang merendahkan atau meragukan.

Contohnya "Gokil sih kamu, di usia muda udah bisa jadi junior manager, padahal kerjamu juga malas-malasan" Kalimat ini, di balik pujiannya, menyiratkan keraguan yang membuat kita merasa tidak sepenuhnya didukung.

Tidak sebatas dalam persaingan lisan. Di lingkungan profesional, frenemy memungkinkan seorang sahabat menjadi pengkhianat yang gemar meramu berita-berita bohong dan gosip murahan tentang kesalahan-kesalahan kita. Sehingga membuat orang lain memandang negatif.

Sedangkan dalam hubungan personal, mereka akan berpura-pura peduli jika kita mengalami kegagalan dalam suatu capaian, padahal sejatinya mereka sedang merayakan kemenangan.

Mereka mencoba terus mengungguli apapun capaian kita, dan tidak pernah merasa puas jika capaiannya kita kalahkan.

Mengapa Hubungan Frenemy Begitu Melelahkan?

Kepercayaan yang seharusnya menjadi fondasi persahabatan terkikis oleh kecurigaan. Setiap pujian terasa hampa, dan setiap saran terasa seperti jebakan. Rasa ketidaknyamanan ini membuat kita lelah secara emosional dan mental.

Salah satu alasan di balik fenomena frenemy adalah rasa iri dan ketidakamanan. Orang-orang ini mungkin merasa terancam oleh kesuksesan atau kebahagiaan kita. Alih-alih merayakannya, mereka justru merasa harga diri mereka terancam. Persaingan yang mereka ciptakan adalah cara untuk mengendalikan perasaan itu, dengan harapan mereka bisa merasa lebih baik dengan menjatuhkan kita.

Mengelola Hubungan Frenemy

Jangan menutup mata terhadap tanda-tanda yang ada. Perhatikan bagaimana perasaan kita setelah menghabiskan waktu bersama mereka. Apakah kita  merasa bersemangat atau justru lelah dan cemas? Sekali-kali jadilah egois dan lebih peduli terhadap diri sendiri.

Salah satu cara agar kita tetap waras adalah dengan membuat boundaries atau batasan, agar orang lain tidak ikut campur dengan kehidupan personal kita.

Kedua, kurangi membicarakan proses yang sedang dilalui, diamkan saja. Tunjukkan jika sudah berhasil, agar dia tidak sesuka hati menceritakan tentang kehidupan kita.

Boundaries yang terbentuk tidak hanya menjaga jarak secara fisik namun juga emosional. Karena dengan batasan-batasan ini, frenemy dapat dikendalikan.

Sebuah persahabatan seharusnya membawa kegembiraan dan dukungan, bukan kecemasan dan persaingan. Mengenali dan menjauh dari hubungan frenemy adalah tindakan penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosional kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun