Dalam interaksi sosial, kita sering bertemu dengan berbagai jenis hubungan. Ada sahabat sejati yang selalu mendukung, kenalan biasa, hingga orang asing yang datang dan pergi begitu saja. Namun, ada satu jenis hubungan yang unik dan membingungkan: frenemy. Istilah ini merupakan gabungan dari kata friend (teman) dan enemy (musuh).
Wjcik dan Flak (2021) dalam Abetz., dkk (2022) yang dipublikasikan pada Southern Communication Journal dengan judul Defining and Exploring Frenemy Relationships menjelaskan frenemy sebagai seseorang yang bersahabat, meskipun ada ketidaksukaan atau seseorang yang menggabungkan karakteristik dari teman dan musuh.
"Musuh dalam selimut", demikianlah peribahasa yang dapat mewakili dari frenemy relationship. Tampak depan seperti sahabat yang ramah dan penuh kepedulian, namun di belakang diam-diam mengatur siasat untuk menjatuhkan bahkan menyingkirkan. Bukan sebagai kolaborator melainkan kompetitor.
Hubungan semacam ini bisa mengarah pada toxic relationship jika terus menerus berlangsung tanpa Tindakan untuk mengakhirinya.
Membedakan Dukungan dan Persaingan
Hubungan frenemy sering kali terasa seperti persahabatan normal. Ada tawa, cerita, dan momen kebersamaan. Namun, jika diperhatikan lebih saksama, ada nuansa yang berbeda. Dukungan yang diberikan terasa bersyarat. Pujian sering kali diiringi dengan komentar yang merendahkan atau meragukan.
Contohnya "Gokil sih kamu, di usia muda udah bisa jadi junior manager, padahal kerjamu juga malas-malasan" Kalimat ini, di balik pujiannya, menyiratkan keraguan yang membuat kita merasa tidak sepenuhnya didukung.
Tidak sebatas dalam persaingan lisan. Di lingkungan profesional, frenemy memungkinkan seorang sahabat menjadi pengkhianat yang gemar meramu berita-berita bohong dan gosip murahan tentang kesalahan-kesalahan kita. Sehingga membuat orang lain memandang negatif.
Sedangkan dalam hubungan personal, mereka akan berpura-pura peduli jika kita mengalami kegagalan dalam suatu capaian, padahal sejatinya mereka sedang merayakan kemenangan.
Mereka mencoba terus mengungguli apapun capaian kita, dan tidak pernah merasa puas jika capaiannya kita kalahkan.
Mengapa Hubungan Frenemy Begitu Melelahkan?
Kepercayaan yang seharusnya menjadi fondasi persahabatan terkikis oleh kecurigaan. Setiap pujian terasa hampa, dan setiap saran terasa seperti jebakan. Rasa ketidaknyamanan ini membuat kita lelah secara emosional dan mental.