Mohon tunggu...
Dodi Faedlulloh
Dodi Faedlulloh Mohon Tunggu... -

Menulis dan provokasi. Mendeklarasikan diri sebagai seorang manusia koperasi, ingin menolong diri sendiri (self help) dengan cara-cara bekerjasama dan menciptakan masyarakat setara sebagai cara hidup ; bagi semua, laki-laki -perempuan, tua-muda, orang yang beragama-atheis, kaya-miskin. Tanpa ada deskriminasi sedikitpun. Tujuan akhir adalah menciptakan masyarakat dunia yang humanistik.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ingin Pantas Hidup : Belajar dari Sokrates

16 Juni 2010   03:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:30 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Malam ini aku menulis tanpa makna. Sekedar berbasi ria sebelum kedua mata ini terpejam. Entah esok pagi akan kembali terbuka atau justru tertutup selamanya itu tak masalah. Tuhan, Dia lebih tahu daripada aku yang sok tahu. Malam ini aku menulis tanpa makna. Sekedar berbincang lewat hati, bercermin diri. Seperti apa yang telah dituturkan seorang filusuf, Sokrates namanya. "Hidup yang tidak diperiksa ulang tidak pantas hidup". Tapi aku tidak seperti dia si Sokrates. Pakaianku tidak lusuh, justru bertumpuk sia-sia. Apalagi fisikku sama sekali tidak setegar dia. Ada satu yang sama, Aku pun merasa sebagai seorang pemberani, : pemberani dalam peperangan. Ku akui kata-kata terakhir begitu muluk, tapi ku sebut itu cita-cita. Seorang yang bijak patutnya menyadari langkah-langkah yang dilewatinya. Lagi-lagi pandangan Sokrates sebagai pegangan. Maka detik ini aku pun mendeklarasikan diri sebagai si lalat pengganggu. Lalat penggangu yang terbang tanpa arah untuk mengusik para pemalas. Tak perlu jauh, yang akan ku ganggu kali ini aku sendiri. Lucu kan ? Beribu kali berpikir tak akan pernah sekalipun indrawi meyaksikan mahluk menyengat dirinya sendiri. Nyentrik, tak apa yang penting pantas hidup. Jika malasku sudah terusik, ku kan terus terbang malayang mengusik yang lain. Sekedar berbisik, "yang membuat manusia berdosa adalah karena pengetahuannya yang kurang". Lihat saja kini : kejahatan, kebiadaban, kebobrokan (moral) muara sebabnya satu, ketidaktahuan. Keluguan yang tak perlu bisa berujung  ironis. Maka si lalat ini pun akan melanjutkan terbang liar sampai patahnya sayap. Ku kan terbang berkelilingi mendatangi orang-orang mengajak berdiskusi dan bertanya tentang hidup. Aku yang bodoh akan menjadi sosok yang sok lebih bodoh. Bertanya, bertanya dan bertanya. Ku tak ingin berdosa karena satu masalah yang tak penting : Kurang pengetahuan. Nyawa masih ada, nafas masih berhembus, kaki pun masih mampu berjalan. Satu detik pun jangan sampai terlewat. Sebelum sempit ku coba kembali periksa ulang; untungnya ku masih pantas hidup. Purwokerto, 16 Juni 2010

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun