Mohon tunggu...
Dody Wibowo
Dody Wibowo Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti bidang Pendidikan Damai

Konsultan untuk bidang pendidikan damai dan studi perdamaian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Menjadi Pendidik dari Pak Rizal

14 September 2017   08:57 Diperbarui: 14 April 2018   11:41 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tujuh hari sudah Pak Samsu Rizal Panggabean, dosen jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada yang juga dikenal sebagai pakar dalam bidang perdamaian, memulai babak baru kehidupan beliau. Saya masih selalu teringat beliau dan sering membaca berbagai kenangan tentang beliau dari mereka yang pernah berinteraksi dengan beliau. Satu hal yang paling sering disebut adalah kenangan atas Pak Rizal ketika mendidik. Oleh karena itu, dalam tulisan ini, sekaligus untuk memperingati tujuh hari keberangkatan Pak Rizal, saya ingin menulis refleksi saya atas peran Pak Rizal sebagai seorang pendidik.

Saya teringat pada Patrap Triloka yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara. Patrap Triloka adalah panduan bagi pendidik di Taman Siswa yang sudah sering kita baca dan dengar isinya, yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Saya akan menggunakan tiga pedoman tersebut untuk merefleksikan kenangan atas Pak Rizal sebagai seorang pendidik.

Ing Ngarsa Sung Tuladha

Bagian pertama Patrap Triloka mengingatkan pendidik bahwa ketika berada di depan, maka dia hendaklah menjadi role model. Semua manusia memiliki kekurangan dan kelemahan, demikian juga dengan Pak Rizal, akan tetapi tetap beliau berusaha menunjukkan bahwa sebagai pendidik beliau memang melaksanakan apa yang beliau ajarkan.

Sebagai pengajar studi perdamaian, nilai cinta damai adalah yang dipegang teguh oleh beliau. Jika ada masalah, selesaikan dengan cara kreatif dan damai, bukan menggunakan kekerasan apalagi senjata. Cara beliau menyelesaikan masalah dengan saya, menggunakan persamaan kesukaan yang kami miliki sebagai pintu masuk membangun komunikasi, adalah bukti beliau menerapkan apa yang beliau ajarkan. Di kemudian hari, saya selalu menggunakan cerita tadi sebagai contoh ketika saya mengajarkan materi cara membuka komunikasi di situasi konflik. Memang begitulah adanya, ketika kita ada di situasi konflik dan menemui jalan buntu untuk mengkomunikasikan masalah, berpikirlah kreatif, cari kesamaan yang bisa menjembatani komunikasi yang terputus. Pengalaman Pak Rizal dalam negosiasi untuk melepas sandera dari kelompok Abu Sayyaf juga menunjukkan bahwa Pak Rizal benar-benar mempraktikkan teori yang beliau ajarkan mengenai negosiasi dan membuktikan bahwa teknik-teknik negosiasi yang diajarkan di kelas memang bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.

Belajar itu menyenangkan. Itu pula prinsip yang dipegang oleh Pak Rizal dalam melaksanakan kegiatan belajar, baik di kelas maupun di bentuk pembelajaran lain seperti ketika melakukan training. Beliau menunjukkannya dengan melakukan kegiatan-kegiatan kreatif untuk membantu pembelajar dalam belajar. Terbukti, cara-cara kreatif yang beliau gunakan berhasil membangkitkan semangat belajar. Semangat menjadi kreatif itu yang kemudian oleh saya dan beberapa teman lain juga tiru ketika membuat kegiatan-kegiatan belajar. Saya sendiri menjadi selalu tertantang dan tidak berpuas diri dengan satu metode belajar yang sudah saya lakukan. Saya selalu mencari metode belajar yang berbeda.  

Ing Madya Mangun Karsa

Pedoman kedua dalam Patrap Triloka mempunyai makna seorang pendidik berada di tengah mendampingi pembelajar untuk membangkitkan semangat dan kepercayaan diri sang pembelajar. Dalam pedoman yang kedua ini, saya teringat dengan bagaimana Pak Rizal menekankan pentingnya menghargai proses belajar, bukan hasil akhirnya. Hal ini juga disampaikan Pak Ahmad Baedowi, sahabat karib Pak Rizal, dalam tulisan beliau untuk mengenang Pak Rizal yang dimuat di harian Media Indonesia hari Senin, tanggal 11 September 2017.

Pak Rizal menghormati proses belajar seseorang; tidak menyalahkan ketika sesuatu berjalan tidak seperti yang direncanakan dan melihat itu sebagai perjalanan untuk menjadi lebih baik. Sepanjang pengalaman saya bekerja bersama Pak Rizal, tidak pernah sekalipun Pak Rizal memarahi dan menyalahkan saya karena beliau tahu bahwa kadang ada hal di luar kendali kita yang bisa membuat implementasi suatu kegiatan tidak sesuai dengan rencana awal. Seperti ketika saya diminta menggantikan Pak Rizal di salah satu kelas yang diampu Pak Rizal. Saya sudah merencanakan kegiatannya dengan baik tetapi ternyata dalam pelaksanaannya tidak seperti yang diharapkan. Pak Rizal bersikap santai saja dan tidak ambil pusing karena pasti tetap ada hal yang dipelajari oleh mahasiswa.

Terkait dengan menggantikan Pak Rizal di kelas-kelas beliau, beberapa kali saya diminta Pak Rizal untuk mengisi kelas ketika Pak Rizal berhalangan hadir. Untuk saya, itu adalah beban tersendiri karena bisa dipastikan para mahasiswa punya ekspektasi bahwa yang menggantikan akan punya kemampuan setara atau tidak jauh berbeda dengan Pak Rizal. Selain itu, terkadang topik yang saya harus bawakan adalah topik yang belum terlalu familiar bagi saya. Tetapi Pak Rizal tetap memberikan kepercayaannya kepada saya. Saya diberi bacaan untuk mempersiapkan diri, selain itu saya berkonsultasi dengan Pak Rizal membahas rencana pembelajaran yang saya susun (yang sebagian besar Pak Rizal selalu setuju). Jujur saja, mendapat kesempatan menggantikan Pak Rizal telah membuat kepercayaan diri saya bertambah.

Tut Wuri Handayani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun