Mohon tunggu...
dodi dinar
dodi dinar Mohon Tunggu... Lainnya - mahasisa

Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Siapa-siapa

3 Mei 2021   17:46 Diperbarui: 3 Mei 2021   17:51 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada mulanya mereka bukanlah siapa-siapa, hanya dua orang insan yang tidak saling
kenal, tidak tahu nama, apalagi tidak pernah saling sapa, lebih-lebih lagi tidak pernah pernah
berbincang banyak hal. Joy, hanya seorang anak SMA seperti kebanyakan anak laki-laki lain
yang dilanda keasmaraan, yang suka kepada wanita, rambut klimis dan suka tebar pesona kalau
di depan wanita, apalagi wanita yang dia sukai, semakin menjadi-jadinlah dia. Sama halnya
dengan Mega, seorang anak gadis berumur 16 tahun, yang cantik dan baik hatinya, sedang
dilanda keasmaraan juga, harus selalu tampil cantik, mesti wangi parfum kalau ke sekolah, dan
kadang tebar pesona. Dan seperti kebanyakan remaja lainnya, Joy, Mega, dan siapa saja begitu
senang ke sekolah, bertemu teman-teman, dan bercerita banyak hal. Joy, anaknya kalem
sebenarnya, dan selama dia sudah duduk dibangku kelas 2 SMA Negeri 1 Langke Rembong,
dia begitu menyukai Mega, dan mulai suka merokok, karena dikiranya gaul apalagi kalau
Mega, wanita yang dia sukai itu melihatnya. Namun dia pendam, tidak diutarakan, dan dia
nikmati sendiri rasanya itu, meski nyatanya dia sakit hati dan tersiksa.
Sudah selama 6 bulan ini dia menaruh hati pada Mega, suka liat dia kalau sedang
tersenyum, sebab ada lesung pipinya, yang buat dia manis sekali, suka perhatikan cara jalannya
yang dia tatap sampai menghilang di balik lorong, suka melihat dia makan di kantin, dan
apapun yang sempat dia perhatikan di sekolah. Begitulah caranya selama ini supaya rasa
sukanya itu nyata adanya. Lama-kelamaan, dia cari nama Instragamnnya, supaya bisa dia ikuti
dan dia lihat puas-puas fotonya, karena dengan begitu barulah bisa dia lelap tidurnya, setelah
melamun rupa wajahnya, cara tawanya, dan apapun tentangnya. Begitu terus selama dia hanya
bisa menatapnya dari jauh, dan memperhatikan dari dekat lewat foto. Pernah sekali dia
menceritakan perasaannya itu ke Karin, sahabat karibnya, teman sejak kecil, tetangga
rumahnya di Karot, hanya saja Karin yang ceplas-ceplos orangnya menyuruhnya berhenti.
"Kau usaikan saja semuanya, dia terlalu cantik bagi kau"
Dia jadi takut hatinya, jadi murung seharian setelah menceritakan itu kepada Karin.
Namun dia tidak bisa berhenti, sebab sudah bergejolak perasaannya di dalam hatinya, yang
terdalam, begitu katanya. dia bahkan cemburu kalau melihat Mega berjalan berdua dengan
seorang lelaki lain, atau meski hanya sekadar bertegur sapa dengan lelaki lain di jalan sewaktu
pulang sekolah. Sampai Reden sahabatnya merasa heran dan menaruh curiga.

"Kau kenapa Joy?"

  • Dia hanya tersenyum, dan lanjut menjejaki Mega sampai berpisah jalan di pertigaan
    jalan dan mega menghilang di antara kerumunan orang.
    Tidak peduli apa kata orang, dia terus saja merasa jatuh cinta dan tetap yakin Mega
    lekas menyadarinya. Sampai akhirnya dia tahu dimana lokasi rumahnya, kemana dia sering
    pergi, dan apa makanan kesukaanya. Maka pernah dua kali dia gantung di pagar rumah Mega
    sebungkus pentolan, dan ada macam-macam jenis makanan ringan di dalamnya, berharap
    Mega akan menceritakan diteman-temannya mau mencarikan siapa yang mengirimkannya
    makanan itu dan hendak berterimakasih. Tetapi semuanya sia-sia. Karin dan Reden makin
    simpatik padanya. Mereka kasihan melihat rupanya yang selalu mencoba tersenyum. Dia sudah
    jarang banyak cerita, kalau berkumpul hanya duduk sambil memainkan gawainya, mengusap
    layar gawai, terus-menerus, berulang-ulang melihat foto Mega yang begitu cantik rupawan dan
    selalu tersenyum. Sehingga jadilah dia tersenyum sendiri di antara kerumunan teman-
    temannya.
    "Joy, kau kenapa?" Kata Reden
    "Ia ni, dari tadi tidak pernah omong, tiba-tiba saja sudah senyum-senyum sendiri"
    Sambung Rinto
    "Sudah gila mungkin" Relis menyambung dari dalam rumah.
    Tetapi Joy tetap berdiam diri saja. Tidak digubrisya. Dan setelah waktu menunjukkan
    pukul 9 malam waktu setempat, Joy pamit pulang, sebab sudah waktunya dia berbaring dan
    menghayal semua tentang Mega.
    Setelah hanya mengaguminya dari jauh, sampai pada akhirnya keduanya berpapasan di
    lorong depan Kelas XI IPA-1. Joy bergemetaran dan senang hatinya sebab inilah petama kali
    mereka akan saling tatap dan sekiranya terjadi obrolan diantara mereka. Tiba-tiba saja Joy
    berhenti menghalangi Mega yang hendak menuju kelasnya. Mega mengerutkan dahinya, dan
    hendak lagi melanjutkan menuju kelasnya, tetapi lagi-lagi Joy berdiri menghalang.
    "Hey, kau kenapa?" Mega yang mulai panik, sebab hanya mereka berdua disitu, sedang
    siswa yang lain sedang berdiri berbaris di lapangan tengah.
    "Kalau kau tidak menghindar, nanti saya teriak e"

Joy tetap saja bersikeras supaya bisa terjadi percakapan diantara mereka. Mega yang
sudah tidak sabaran dan begitu kesal hendak berteriak keras-keras, hanya saja Eksen muncul
dari arah yang berhadapan.
"Mega, ada apa?"
Mega berlarian kecil, dan langsung memeluk Eksen. Sementara Joy menundukkan
kepalanya meski dia sedikit melihat Mega yang memeluk erat Eksen.
"Mega?"
Mega masih saja tidak mau melepaskan dekapan peluknya. Dia mungkin takut, dikira
Joy seperti seorang gila yang hendak mengganggunya.
"Dia siapa sayang?"
Joy jadi kaget dan menengadahkan wajahnya. Dia melihat dengan jelas Eksen yang
mengusap-usap rambut Mega, diciumnya dengan mesra dan jelas sekali terdengar Eksen
memanggilnya sayang. Wajah Mega masih bersemunyi dibalik peluknya.
"Sayang, dia aneh"
"Orang ini? Memangnya dia siapa?"
"Saya juga tidak tahu" Mega menggeleng kepalanya. Dan Eksen memasang muka
geram. Hendak dilayangkan sebuah tinju ke arah Joy, hanya saja Mega menahannya, kekasih
hatinya.
"Sudah, kita pergi saja" Dan demikianlah mereka berlalu dari hadapan Joy yang
tertegun saja. Tidak bergerak dari tempatnya. Dan menatap Mega dan Eksen berlalu menuju
kelas. Sambil berpelukan mesra, dan dia jadi iri hatinya. Rokok ditangan kanannya habis
terbakar sudah. Dia tidak menyangka Mega tidak mengenalnya sama sekali. Tidak juga
mengenal wajahnya. Joy benar-benar orang asing bagi Mega yang tidak pernah sekalipun
mereka berbicara dan baru kali ini, mereka berpapasan, dan Joy malah bertingkah aneh.
Pada awalnya mereka bukan siapa-siapa sampai pada akhirnya mereka juga bukan
saipa-siapa, hanya dua insan yang kebetulan bersekolah di tempat yang sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun