Mohon tunggu...
Cahaya
Cahaya Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

Cahayaharuna.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memory Persami yang Berujung Tragedi

11 Januari 2021   22:51 Diperbarui: 11 Januari 2021   22:54 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri teman sekolah, dari grup wa

Anak-anak penuh semangat, dengan seragam coklatnya, bernyanyi dengan yel-yel pramuka. Aku sibuk mencari kertas yang diberikan Kak Fatur, meski sudah lecek, tetapi tulisannya masih jelas, segera aku kerjakan, agar muka masam yang ditunjukkan kepadaku berubah.

Seketika burung bernyanyi, daun-daun tersenyum, dan langit pun menurunkan hujan bunga di tubuhku. Aku tidak bisa menutupi kegembiraan hati ini, setelah menyelesaikan sandi darinya.

Aku dan Kak Fatur berlainan mobil, ketika mobil kami berdekatan, segera kutunjukkan kertas berisikan kode rumput darinya, akhirnya Kak Fatur bisa melepaskan plester dari bibirnya, terlihat tulang pipi yang merona.

Kesibukan membuat tenda, mengatur anak-anak, persiapan untuk api unggun, dan lain-lain, membuat kami tidak ada kesempatan untuk membahas isi dari sandi rumput tersebut.

Acara yang mendidik anak untuk mandiri sejak dini, melatih ketangkasan, dan jurit malam yang sangat melatih mental mereka. Aku begitu senang berada di dalamnya dan sebagai pembina adalah pengalaman sangat baru untukku.

Dalam acara api unggun, Kak Fatur tidak luput untuk segera mengambil kesempatan, dia memegang erat tanganku, dan berkata, "Apakah kamu memiliki rasa yang sama denganku?"

Aku tidak bisa memberi tabir akan rasa ini, hanya isyarat tundukkan kepala dua kali, jawaban dari pertanyaan. Rasanya Inginku menjerit, "Aku sudah tidak jomlo!"

***

Sedang menikmati kesyahduan malam, serupa candle light dengan api unggun yang masih menyala sedikit redup, anak-anak pun telah beristirahat setelah melakukan jurit malam, tiba-tiba terdengar kegaduhan dari salah satu tenda putri.

"Kenapa? Ada yang kesurupan kah?" tanyaku dengan lugu, mindset di otakku, setiap perkemahan di tengah malam yang terjadi adalah kerasukan.

"Dia terkena hipotermia," jawab Sari pembina pramuka dari sekolah tetangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun