Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kopi, Enak Diminum dan Menjadi Sarana Melukis

31 Agustus 2022   06:53 Diperbarui: 31 Agustus 2022   09:40 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demo dan workshop kopi (Dokpri)

Demo dan workshop kopi (Dokpri)
Demo dan workshop kopi (Dokpri)

Seni lukis kopi

Kopi bukan hanya enak diminum. Ternyata bubuk kopi bisa dipakai untuk melukis, seperti yang dilakukan Gus Sofyan, salah seorang peserta pameran. Bubuk kopi yang dipakai difermentasi terlebih dulu. Ada beberapa jenis kopi yang ia pakai sebagai sarana melukis. Karena itu ada berbagai warna yang dihasilkan, umumnya coklat.

Sketsa atau lukisan berukuran kecil bisa ia selesaikan dalam waktu satu jam. Dalam satu hari, ia pernah menghasilkan 15 lukisan. "Tergantung mood," katanya.

Kopi sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Diyakini, kopi masuk ke Nusantara melalui bangsa Belanda. Pada 1690 bangsa Belanda mulai mendistribusikan dan membudidayakan biji kopi secara komersial di Ceylon (sekarang Srilanka) dan Jawa. Di Jawa biji kopi dikultivasi secara besar-besaran oleh pemerintah kolonial. Pada 1699 kopi pertama kali ditanam di Priangan (Jawa Barat) oleh VOC.

Sebelum masuk ke Jawa, ternyata beberapa negara Eropa sudah mengenal kedai kopi, antara lain Italia (1645), Inggris (1652), dan Prancis (1672). Bahkan kopi berhasil menggantikan bir sebagai minuman favorit.

Talkshow kopi di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti (Dokpri)
Talkshow kopi di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti (Dokpri)


Cerita tentang kopi tentu beragam. Di negeri kita terdapat puluhan spesies kopi. Namun yang dianggap memiliki nilai perdagangan adalah kopi robusta dan kopi arabika.

Tidak dimungkiri ada kopi murah dan kopi mahal. Kalau dibudidayakan secara masal dan di dataran rendah, kopi akan berharga murah. Sebaliknya kalau jenis kopi hanya bisa tumbuh di dataran tinggi, biasanya berharga mahal.

Murah mahalnya minuman kopi juga tergantung tempat. Kalau kelas warung tentu murah. Beda dengan kelas kafe. Begitu pun soal sebutan. Kalau 'kopi hitam' akan murah, dan akan mahal bila menjadi 'black coffee'. Kopi pun telah menjadi bagian dari gaya hidup.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun