Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kopi, Enak Diminum dan Menjadi Sarana Melukis

31 Agustus 2022   06:53 Diperbarui: 31 Agustus 2022   09:40 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan dari bubuk kopi (Dokpri)

Dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-77 Republik Indonesia, Museum Kepresidenan RI Balai Kirti mengadakan pameran dengan tema "Aroma Kopi @Balai Kirti". Kegiatan ini terdiri atas beberapa rangkaian, salah satunya berupa talkshow "Kopi sebagai Gaya Hidup Masa Kini".  Kegiatan ini dilaksanakan pada 30-31 Agustus 2022, pukul 09.00 -- 16.00.

Kalau berbicara museum, memang orang selalu beranggapan pada dua hal: koleksi dan masa lalu. Namun sesungguhnya, museum memiliki ruang publik yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Tentu asalkan kegiatan tersebut berhubungan dengan sosial budaya.

"Setelah dua tahun sepi pengunjung karena terdampak pandemi, hari ini Museum Kepresidenan RI Balai Kirti kembali menyelenggarakan kegiatan untuk umum, tentu masih dengan protokol kesehatan ketat," demikian Kepala Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Ibu Dewi Murwaningrum.

Biji kopi dari berbagai daerah dalam pameran (Dokpri)
Biji kopi dari berbagai daerah dalam pameran (Dokpri)

Walikota Bogor Bapak Bima Arya ikut memberikan sambutan. Menurut beliau, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Kolombia, Vietnam, dan Brasil. Untuk itu perlu ada turunan dari kopi. Di Bogor sendiri selama masa pandemi warung-warung kopi tergolong banyak didatangi masyarakat. Ini karena nama kopi sudah demikian populer. Misalnya kalau ingin ketemuan dengan teman atau urusan bisnis, masyarakat hampir selalu berkomunikasi dengan sebutan 'ngopi yuk'.

Pembukaan pameran dilakukan oleh Ibu Sri Hartini. Beliau mewakili Direktur Jenderal Kebudayaan Bapak Hilmar Farid yang berhalangan hadir.  Pengguntingan pita disaksikan juga oleh Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Bapak Judi Wahjudin dan Direktur Pelindungan Kebudayaan Ibu Irini Dewi Wanti.

Pembukaan pameran aroma kopi di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Bogor (Dokpri)
Pembukaan pameran aroma kopi di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti, Bogor (Dokpri)

Kerja sama 

Pameran terselenggara berkat kerja sama dengan berbagai pihak, yakni  Museum Tanah dan Pertanian Bogor, Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia, Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, Dinas Pendidikan Kota Bogor, Kopi Kacamata Bogor, Kopi Bajaj, Jakarta Coffee Learning, Irawan Halim - R.E.D Systems, Suji Premium Handcrafted, Teh Tirta Ayu Jawa Timur, serta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.

Selain pameran, ada beberapa kegiatan tambahan. Lomba meracik kopi secara manual diselenggarakan di ruangan depan. Di ruangan belakang berlangsung talkshow dengan narasumber Erwin Wicaksono (Kepala Istana Kepresidenan Bogor), Puti Guntur Sukarno (Cucu Presiden Sukarno), dan Daroe Handojo (Juragan Noozkav Kopi Indonesia CQI Arabica Grader). Mereka didampingi M. Riyan Ramadhan (Duta Kopi Indonesia 2018) dan Rana Saphiera Putri (Duta Kopi Indonesia 2020).

Talkshow sesi selanjutnya menampilkan Penikmat Kopi, Johnny dan Ketua Coffee Lovers Indonesia, Jamil.

Demo dan workshop kopi (Dokpri)
Demo dan workshop kopi (Dokpri)

Seni lukis kopi

Kopi bukan hanya enak diminum. Ternyata bubuk kopi bisa dipakai untuk melukis, seperti yang dilakukan Gus Sofyan, salah seorang peserta pameran. Bubuk kopi yang dipakai difermentasi terlebih dulu. Ada beberapa jenis kopi yang ia pakai sebagai sarana melukis. Karena itu ada berbagai warna yang dihasilkan, umumnya coklat.

Sketsa atau lukisan berukuran kecil bisa ia selesaikan dalam waktu satu jam. Dalam satu hari, ia pernah menghasilkan 15 lukisan. "Tergantung mood," katanya.

Kopi sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Diyakini, kopi masuk ke Nusantara melalui bangsa Belanda. Pada 1690 bangsa Belanda mulai mendistribusikan dan membudidayakan biji kopi secara komersial di Ceylon (sekarang Srilanka) dan Jawa. Di Jawa biji kopi dikultivasi secara besar-besaran oleh pemerintah kolonial. Pada 1699 kopi pertama kali ditanam di Priangan (Jawa Barat) oleh VOC.

Sebelum masuk ke Jawa, ternyata beberapa negara Eropa sudah mengenal kedai kopi, antara lain Italia (1645), Inggris (1652), dan Prancis (1672). Bahkan kopi berhasil menggantikan bir sebagai minuman favorit.

Talkshow kopi di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti (Dokpri)
Talkshow kopi di Museum Kepresidenan RI Balai Kirti (Dokpri)

Cerita tentang kopi tentu beragam. Di negeri kita terdapat puluhan spesies kopi. Namun yang dianggap memiliki nilai perdagangan adalah kopi robusta dan kopi arabika.

Tidak dimungkiri ada kopi murah dan kopi mahal. Kalau dibudidayakan secara masal dan di dataran rendah, kopi akan berharga murah. Sebaliknya kalau jenis kopi hanya bisa tumbuh di dataran tinggi, biasanya berharga mahal.

Murah mahalnya minuman kopi juga tergantung tempat. Kalau kelas warung tentu murah. Beda dengan kelas kafe. Begitu pun soal sebutan. Kalau 'kopi hitam' akan murah, dan akan mahal bila menjadi 'black coffee'. Kopi pun telah menjadi bagian dari gaya hidup.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun