Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Relief dan Arca Kura-kura Terdapat pada Sejumlah Candi?

28 Mei 2022   07:28 Diperbarui: 29 Mei 2022   02:58 2889
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relief kura-kura (tanda panah) pada candi (Sumber: jatimtimes.com/kiri dan budayasaya/kanan)

Pada 23 Mei lalu, dunia memperingati Hari Kura-Kura dan Penyu Sedunia. Awalnya, sepasang suami istri pendiri organisasi American Tortoise Rescue, Susan Tellem dan Marshall Thompson, menyadari bahwa sejak 1990 populasi kura-kura dan penyu di seluruh dunia semakin terancam punah.

Kemudian, Tellem dan Thomson mengangkat isu ini di platform internasional dan berencana untuk menyebarkan kesadaran tentang konservasi berbagai spesies kura-kura dan penyu di seluruh dunia.

Sejak inisiatif itu, terbentuklah Hari Kura-Kura dan Penyu Sedunia yang dirayakan pertama kali pada 23 Mei 2000. Setelah itu, diperingati setiap tahun dengan tema berbeda dan variatif. Namun tetap dengan tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk turut membantu keselamatan populasi kura-kura dan penyu dari risiko kepunahan.

Relief kura-kura (tanda panah) pada candi (Sumber: jatimtimes.com/kiri dan budayasaya/kanan)
Relief kura-kura (tanda panah) pada candi (Sumber: jatimtimes.com/kiri dan budayasaya/kanan)

Mitologi

Kura-kura dikenal dalam mitologi Hindu berhubungan dengan dewa Wisnu. Dalam segala bentuk dan perujudan, Wisnu tetaplah dewa yang memelihara dan melangsungkan alam semesta. Wisnu selalu turun ke dunia untuk memberantas semua bahaya dalam bentuk penjelmaan atau awatara. 

Ada 10 awatara Wisnu, salah satunya Kurma-awatara. Sebagai kura-kura (kurma), Wisnu berdiri di atas dasar laut menjadi alas bagi Gunung Mandara yang dipakai oleh para dewa untuk mengacau laut dalam usaha mereka mendapatkan amerta atau air kehidupan abadi. Cerita itu dikenal dalam  Samudramanthana. Silakan baca lebih lanjut buku Sejarah Kebudayaan Indonesia Jilid Kedua, 1973.

Ragam hias kura-kura dapat dijumpai dalam bentuk relief di Candi Borobudur dan Candi Mendut. Di Candi Borobudur, binatang ini dipahatkan dalam bidang hias dan dalam relief cerita. Di Candi Mendut, kura-kura digambarkan dalam relief cerita binatang (fabel). Di Candi Sukuh ragam kura-kura diwujudkan dalam bentuk arca. 

Menurut laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, kura-kura juga sering diukirkan di bawah cerat yoni, bersama dengan beberapa binatang dunia bawah lain seperti ular. Peripih yang biasa ditanam di bawah bangunan suci juga sering mengambil bentuk kura-kura. Berdasarkan mitologi itulah relief dan arca kura-kura terdapat pada sejumlah candi.

Bahkan bukan hanya kura-kura. Pada candi Hindu yang beraliran Wisnuit atau Waisnawa, terdapat arca garuda. Garuda adalah wahana atau kendaraan tunggangan Wisnu. Garuda lambang dunia atas, sedangkan kura-kura lambang dunia bawah.

Lihat juga: [Tulisan ini].

Tiongkok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun