Mohon tunggu...
Djulianto Susantio
Djulianto Susantio Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Arkeotainmen, museotainmen, astrotainmen, dan sportainmen. Memiliki blog pribadi https://hurahura.wordpress.com (tentang arkeologi) dan https://museumku.wordpress.com (tentang museum)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Gunung Semeru, Antara Mitologi dan Musibah

6 Desember 2021   20:04 Diperbarui: 7 Desember 2021   06:51 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah warga berlarian ke tempat aman (Sumber: video amatir warga melalui kompas.com)

Ini untuk kesekian kalinya Semeru meletus. Banyak korban jiwa dan harta benda, termasuk jembatan dan sarana lain yang rusak. Kita memang tidak dapat menghindari bencana alam yang datang sewaktu-waktu.

Gunung begitu dekat dengan masyarakat masa lalu. Karena tinggi, gunung dipandang tempat bersemayam para dewa. Maka kemudian, nama atau gelar yang berkenaan dengan gunung banyak dipakai masyarakat.

Penguasa gunung, yakni Dewa Siwa, memiliki salah satu istri bernama Parwati. Ia merupakan anak dari Parwata yang dipandang sebagai Raja Gunung. Dalam bahasa Sanskerta Parwati berarti 'mata air pegunungan'.

Dalam teks-teks Jawa Kuna istilah 'Parwata Natha' atau Raja Gunung banyak ditemui. Istilah lain adalah Giri Natha, Giri Pati, Girisa, Girindra, dan Parwata Raja. Raja Gunung juga melekat pada Sailendra (Saila = Gunung, dan Indra = Raja).

Selama ribuan tahun, masyarakat meyakini bahwa letusan gunung bukan sekadar peristiwa alam biasa. Berkah atau bencana yang ditimbulkan letusan gunung tergantung bagaimana manusia bernegosiasi dengan penguasa gunung.

Karena itu, hampir di semua gunung di Jawa, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah, terdapat bangunan-bangunan suci yang digunakan sebagai sarana pemujaan.

Arca kuno

Gunung yang terbanyak memiliki tinggalan arkeologis adalah Pawitra atau Gunung Penanggungan. Lebih dari 100 tinggalan arkeologis terdapat mulai dari kaki sampai bagian tertinggi. Di Gunung Semeru, terdapat beberapa tinggalan arkeologis seperti prasasti dan arca.

Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Puncaknya bernama Mahameru, 3.676 meter dpl. Saat ini secara administratif Gunung Semeru berada di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.

Semeru masih dipercaya sebagai gunung suci. Seperti halnya masyarakat Bali menganggap Gunung Agung dan masyarakat Tengger terhadap Gunung Bromo.

Diperkirakan masyarakat Jawa memuja gunung api sejak sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha dari India. Jejak bangunan megalitik dan punden berundak di sejumlah gunung di Jawa menguatkan dugaan, proses pemujaan gunung telah berlangsung di Jawa sejak zaman prasejarah.

Menurut Soepomo dalam Lord of The Mountains in the Fourteenth Century Kakawin (1972), dewa yang dipuja masyarakat Jawa Kuno bukanlah dewa-dewa India, melainkan roh nenek moyang yang telah didewakan dan menjadi penguasa gunung. Di Jawa penguasa gunung itu disebut Hyang Acalapati atau Parwataraja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun