Mas Hanung memandang sejarah dan museum sangat penting. Beliau beberapa kali shooting film di museum. Ada "sudut pandang" agar generasi milenial tertarik. Mas Hanung memberi contoh Pak Habibie, Presiden ke-3 RI. "Ada yang tidak diketahui masyarakat secara umum, seperti pribadinya. Nah inilah yang dikembangkan," katanya.
Contoh lain soal Kyai A. Dahlan. Kalau dalam keseharian beliau memakai sorban dan baju putih, dalam film beliau memakai jas. "Kita menampilkan visi tapi membungkusnya sedemikian rupa agar menarik anak-anak milenial," kata Mas Hanung.
Mas Hanung juga bercerita bagaimana film Night at the Museum berhasil menjadi box office di AS ketika itu. Akibat terkesan pada film itu, pengunjung museum yang tadinya sepi ramai kembali.
Dunia permuseuman memang banyak berubah. Semoga solidaritas antarmuseum tetap ada sebagaimana tema Hari Museum Indonesia 2020. Terlihat bagaimana museum-museum kecil kekurangan SDM yang mampu membuat konten digital.***